TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejak diluncurkantahun 2015, program Tol Laut terus mengalami peningkatan dan perkembangan, baik dari segi infrastruktur, trayek, armada, jumlah muatan, maupun kapasitas.
Tol Laut bertujuan meningkatkan kelancaran distribusi dan mengurangi disparitas harga di daerah Terpencil, Tertinggal, Terluar dan Perbatasan (3TP) sekaligus mewujudkan konektivitas laut secara efektif melalui kapal yang berlayar secara rutin dan terjadwal dari Barat sampai ke Timur Indonesia.
Program ini diyakini membantu distribusi logistik, terutama ke daerah-daerah 3TP yang selama ini tidak tersentuh oleh moda angkutan darat dan udara.
Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kemenhub Agus H Purnomo berharap program Tol Laut terus mendapat dukungan masyarakat.
Baca juga: Pacu Distribusi Logistik. Kemenhub Hadirkan Tol Laut Papua di Kabupaten Nduga
Agus meyakini dengan meningkatnya konektivitas antar daerah melalui Tol Laut, maka disparitas atau kesenjangan harga barang, terutama kebutuhan pokok di wilayah Barat dan Timur Indonesia tidak terjadi lagi.
Baca juga: Pelni Stop Sementara Operasional Angkutan Kapal Laut Selama Periode Larangan Mudik
Agus memaparkan, dalam pengoperasian Tol Laut pihaknya menyiapkan ratusan kapal. Rinciannya, 26 kapal PSO penumpang, 113 kapal Sabuk Nusantara dan 20 kapal Rede.
"Dari pelabuhan dan kapasitasnya, kami menyiapkan pelabuhan-pelabuhan agar siap disinggahi, baik untuk bongkar muat, pengamanan, dan lain-lain," kata Agus kepada wartawan di Jakarta, Senin (26/4/2021).
Perlahan tapi pasti, tujuan Tol Laut untuk mengurangi disparitas harga antar wilayah, antar pulau, antar daerah serta memangkas biaya logistik yang mahal di seluruh kawasan terpencil Indonesia mulai terwujud.
Upaya Pemerintah memberikan keadilan ekonomi bagi masyarakat di daerah 3TP pun benar-benar dirasakan. Program ini antara lain dirasakan masyarakat di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.
Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas IV Nunukan, Capt. Yohanis Tedang mengatakan, Pelabuhan Nunukan merupakan pintu masuk untuk memenuhi kebutuhan pokok dan bahan bangunan bagi masyarakat yang tinggal di wilayah perbatasan Indonesia dengan Malaysia.
Tedang menjelaskan, selama ini sebagian besar kebutuhan masyarakat di pulau-pulau yang berada di wilayah kabupaten Nunukan berasal dari Tawao, Malaysia.
"Namun adanya Tol Laut yang disiapkan oleh Pemerintah sangat membantu kebutuhan masyarakat di perbatasan khususnya di Kabupaten Nunukan yang bersebelahan langsung dengan Malaysia," kata Tedang, seperti dikutip Humas Dirjen Perhubungan Laut.
Semula, Tol Laut di Nunukan hanya memiliki satu rute saja dengan tujuan Makassar.
Namun, karena banyaknya potensi produk unggulan di daerah tersebut, tahun ini rute Tol Laut bertambah dengan tujuan Pulau Jawa melalui pintu masuk Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya.
Tedang menyebutkan barang yang dibawa melalui Tol Laut menuju Nunukan meliputi bahan bangunan, kayu, besi, semen, mie, tepung, air meneral, pakan ayam, dan kebutuhan pokok lainnya.
Sementara produk unggulan yang dikirimkan dari Nunukan adalah rumput laut dan produk lokal lainnya.
"Ada dua kapal yang beroperasi ke wilayah Nunukan yakni KM Kendhaga Nusantara 6, pelabuhan asal Makassar dan KM Kawas Mas, pelabuhan asal Tanjung Perak Surabaya," kata Tedang.
Kemenhub mencatat, awalnya hanya memiliki dua trayek di tahun 2015. Trayek tersebut terus bertambah menjadi 6 trayek pada 2016. Berlanjut pada tahun 2017, ada 13 trayek baru Tol Laut.
Kemudian pada 2018 bertambah menjadi 18 trayek. Di 2019 bertambah 20 trayek dan di 2020 bertambah 26 trayek.
Untuk tahun 2021, Ditjen Hubla menambah empat trayek baru sehingga keseluruhan menjadi 30 trayek.
Penambahan jumlah trayek tersebut diiringi dengan penambahan jumlah pelabuhan dan kapal dengan melibatkan 106 pelabuhan, yang terdiri atas 9 pelabuhan pangkal, dan 97 pelabuhan singgah.