TRIBUNNEWS.COM – “Kita enggak boleh menyerah. Cara bertahan yang lebih baik adalah dengan menyerang.” Ucapan ini terlontar dari salah satu pelaku usaha yang tengah berperang menghadapi pandemi, momen yang menyeret omzet penjualannya ke jurang keterpurukan.
Adalah Revolt Industry, sebuah bisnis yang didirikan oleh lima pemuda dan digawangi oleh Agung D. Kurnianto (30). Revolt Industry adalah unit usaha kecil menengah yang menjual produk-produk berbahan kulit sapi.
Meski saat ini telah memiliki nama di dunia fesyen lokal, pencapaian yang dilalui pun tidak mudah. Terutama, ketika mereka harus berjuang untuk terbebas dari badai pagebluk pada awal 2020.
Oleh karena itu, kepada Tribunnews, Senin (26/4/2021) Agung membagikan kisah singkat mengenai upaya Revolt Industry “bertahan dengan menyerang” di masa pandemi.
Sejak lulus kuliah tahun 2013, Agung bersama lima orang temannya berniat mendirikan bisnis yang bertujuan mulia, yakni membuka lapangan pekerjaan melalui usaha sepatu sepatu boots kulit.
“Setelah lulus kuliah di awal 2013, kami total ada 5 orang memutuskan untuk terjun ke dunia bisnis. Kami sama-sama punya pemikiran, kalau temen-temen dulu setelah lulus kuliah ingin kerja sama orang tapi kami berpikiran kenapa enggak sebaliknya. Kami yang membuka lapangan pekerjaan,” jelasnya.
Agung dan keempat temannya memutuskan untuk belajar membuat sepatu dan aksesoris fesyen secara mandiri. Hingga akhirnya, dari garasi mobil sederhana dan mengandalkan media sosial untuk berjualan, lahirlah Revolt Industry pada 23 Mei 2014.
“Awalnya mulai di garasi kecil modalnya media sosial saja, modal dengkul, modal keberanian, belajar jahit, belajar bisnis, belajar manage tim, belajar finansial sendiri semua,” ungkapnya.
Dengan semangat ala anak muda yang menggebu, ia bersama temannya kini telah berhasil menggandeng pengrajin dan karyawan yang berjumlah 40-an. Mimpinya untuk membuka lapangan pekerjaan pun terwujud.
Namun, usaha yang didasari “modal dengkul” ini punya mimpi besar: membawa produk lokal agar mampu bersaing di negeri sendiri hingga go international.
“Dari situ kita punya mimpi panjang, bahwa produk lokal Indonesia tidak kalah dengan produk luar. Anak-anak muda Indonesia bisa menciptakan sesuatu,” jelas Agung.
Upaya mereka bersambut baik. Di awal tahun berdirinya, bisnis fashion kulit asal Surabaya ini kebanjiran pesanan.
“Mei 2014 ikut (event) di Surabaya, alhasil membludak menerima banyak masukan orderan dan respon positif terhadap produk kita,” lanjut Agung.
Menyerang untuk bertahan
Sebelum dihantam pandemi, Revolt Industry pernah menghadapi cobaan yang tak kalah mendebarkan. Workshop-nya pernah dilanda kebakaran pada 24 Desember 2014 lalu dan memaksanya berhenti beroperasi selama satu bulan.
Namun, Revolt Industry berhasil bangkit dari keterpurukan tersebut. Agung mengungkapkan, kunci mereka bertahan dari cobaan besar semacam itu adalah dengan tetap menjaga semangat seluruh rekan-rekan yang tergabung di Revolt Industry.
Hal yang serupa juga ia terapkan ketika menghadapi badai pandemi Covid-19. Pada awal-awal kemunculan pandemi, penjualan Revolt Industry sempat mengalami anjlok hebat hingga 80 persen.
Meski pendapatan mengalami kemerosotan drastis, Agung bertekad untuk tidak memberhentikan keempat puluh karyawannya.
Justru, melalui desakan yang signifikan, ia menempuh serangkaian langkah untuk memulihkan keadaan. Beberapa langkah inilah yang disebut Agung sebagai strategi “menyerang untuk bertahan”.
Beragam langkah tersebut adalah dengan memberi diskon besar terhadap produk-produknya dan menahan untuk tidak meraup untung dari setiap penjualan.
“Kita enggak boleh menyerah. Cara bertahan yang lebih baik adalah dengan menyerang. Gimana biar bisnis ini bisa jalan, kita kasih diskon besar untuk barang. Kita enggak mau ambil untung dulu, gimana caranya bisnis ini bisa running,” ungkapnya.
Inovasi dan adaptasi pada situasi baru
Selama melakukan upaya untuk memulihkan keadaan di masa pandemi, Revolt Industry memilih untuk memaksimalkan digitalisasi sebagai senjata untuk beradaptasi di masa sulit. Salah satunya dengan menerbitkan campaign #CoFight19 dan meluncurkan produk teranyar.
#CoFight19 adalah kampanye belanja online secara digital, termasuk di marketplace, yang menjadi upaya Agung untuk menyulap pandemi Covid-19 sebagai momentum untuk lebih mengajak masyarakat Indonesia untuk membeli produk dalam negeri.
“Ketika pandemi dan masa sulit seperti saat ini, kita spend money justru untuk beli barang-barang lokal beli produk UMKM, di mana ketika spend duit di situ justru membuat mempercepat perputaran ekonomi seluruh Indonesia dan menyelamatkan industri-industri kecil ini,” jelasnya.
Sebagai senjata utama, Revolt Industry memanfaatkan marketplace seperti Tokopedia untuk menjangkau lebih banyak konsumen.
Bergabung dengan Tokopedia sejak 2014 lalu, ia menilai marketplace tersebut memberikan dampak positif bagi bisnisnya. Bagaikan berkah di tengah krisis, Revolt Industry berhasil mendongkrak kembali omzetnya.
Meski belum pulih sepenuhnya, ia berhasil meraup omzet yang memuaskan. Dibantu dengan pemasukkan dari offline, ia berhasil memulihkan penjualan yang sempat anjlok
Selain itu, Agung mengaku bahwa 50 persen pemasukannya berasal dari pesanan melalui Tokopedia. Bahkan, pemesanan melalui marketplace yang paling besar memang berasal Tokopedia, yang mendominasi hingga 85 persen dari total pembeli.
Di Tokopedia, Revolt Industry berhasil menjangkau konsumen dengan mudah. Kini, produk kulit andalannya telah mendapat banyak langganan baru dari berbagai pulau di Indonesia, mulai dari Jakarta, Batam, bahkan hingga Papua.
Memanfaatkan Tokopedia, ia berhasil meraup 30-40 order setiap harinya di awal pandemi. Pencapaian inilah yang membawa Revolt Industry keluar dari masa sulit. Semangatnya kembali bangkit untuk melebarkan pasarnya lebih luas lagi.
“Manfaat join di Tokopedia itu banyak,” ungkap Agung.
Ia menilai Tokopedia sebagai salah satu marketplace terbesar di Indonesia memiliki audiens yang cocok bagi Revolt Industry, yakni laki-laki.
Tidak hanya itu, baginya, Tokopedia memiliki segala fitur yang dibutuhkan untuk memudahkan pelaku bisnis memperluas jangkauan produknya, seperti TopAds, Broadcast Chat, Bebas Ongkir, dan fitur lainnya untuk mengatur toko.
“Yang paling saya seneng sih bisa ngatur tokonya, kita mau atur jadwal buka tutupnya cuma melalui laptop. Selama di Tokopedia, kita juga bisa manage stok, omzet, dan mendapatkan analisis toko,” ungkap Agung.
Berbagai cara agar mendapatkan rating bagus
Agung berbagai kiat-kiat mengenai bagaimana mendapatkan rating bagus dan dilirik oleh banyak konsumen di Tokopedia.
Menurut Agung, para UMKM yang baru masuk ke platform digital, sebaiknya memperhatikan visual mereka. Sebab dengan visual bagus maka akan menggambarkan produk yang dijual juga memiliki kualitas yang baik.
Jika sudah, maka para pelaku UMKM bisa memanfaatkan fitur yang terdapat di Tokopedia. Dengan tujuan supaya produknya dapat dilirik oleh banyak orang lagi.
“Nah enaknya Tokopedia inikan, ketika barang sampai ke customer itu notifikasinya juga ada di seller-nya. Ketika barangnya sampai kita bisa nanya ke customer. Kita bisa nanya barangnya sesuai enggak dan minta tolong untuk memberikan review dan rating atau posting di sosial media,” tutup Agung.
Semoga kisah Revolt Industry yang dapat bertahan melawan pandemi dapat menjadi inspirasi bagi pelaku UMKM lain untuk bangkit dari kemerosotan. Kuncinya, dengan beradaptasi melalui teknologi digital, semua pasti ada jalan.
Penulis: Dea Duta Aulia/Editor: Bardjan