Laporan Wartawan Tribunnews.com, Hari Darmawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah pelaku usaha hotel di Bali, saat ini sudah mulai melakukan perang tarif (price war) untuk meningkatkan demand wisatawan untuk menginap.
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran mengatakan, price war yang dilakukan para pelaku usaha hotel di Bali sebagai upaya mereka dalam menutupi cost operasional.
Baca juga: Kasus Covid-19 di Jakarta Meningkat, PHRI Siap Sediakan Kamar Isolasi asal Pembayarannya Tepat Waktu
"Upaya ini dilakukan karena demand yang turun, sedangkan operasional harus berjalan apabila sewaktu-waktu ada wisatawan yang menginap," kata Yusran saat dihubungi Tribunnews.com, Kamis (17/6/2021).
Para pelaku usaha hotel bahkan menurunkan harga menginap mereka untuk membuat wisatawan ingin berkunjung ke Bali, dengan paket staycation.
Baca juga: PHRI: Work from Bali Tak Akan Bawa Dampak Besar Terhadap Okupansi Kamar Hotel
Bahkan ada penginapan yang dalam keadaan normal biaya menginap sehari Rp 2 juta, diturunkan hingga Rp 800 ribu.
Yusran juga menjelaskan, pelaku usaha hotel sekarang juga menggunakan strategi lock dalam menginap.
Jadi yang ingin menginap tidak bisa hanya sehari saja, minimal dua hari.
Baca juga: Bamsoet: Pemegang Kartu Anggota IMI Dapat Diskon Khusus Hotel dan Restoran PHRI Seluruh Indonesia
"Hal itu untuk membuat cash flow mereka tetap berjalan, meski tidak bisa mendapatkan revenue tetapi setidaknya dapat menutupi biaya operasional mereka di tengah pandemi ini," kata Yusran.
Pandemi Covid-19 yang berlarut ini dan kebijakan yang membatasi pergerakan orang, kata Yusran, tentunya sangat berdampak terhadap pelaku usaha hotel di Bali.
"Bahkan beberapa hotel dikabarkan telah gulung tikar, dan berhenti beroperasi karena kesulitan mendapatkan demand dan pendapatan yang menurun," ucap Yusran.