Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Permintaan es krim di pasar nasional saat ini terus meningkat sejak lima tahun terakhir. Selain pertumbuhan jumlah produsen yang berlipat, titik penjualan es krim ritelnya juga meningkat.
Sebagian pengamat dan pelaku industri memperkirakan produk fast moving consumer goods (FMCG) satu ini akan memasuki fase modernisasi dalam beberapa tahun ke depan.
Menurut laporan profil industri dari Marketline memperlihatkan, laju pertumbuhan majemuk (CAGR) dari industri ini pada periode 2015 hingga 2019 mengalami pertumbuhan CAGR 10,4 persen.
Volume konsumsi pasar juga meningkat dengan CAGR 6,3% periode yang sama mencapai 105,3 juta kilogram pada 2019. Gambaran positif tersebut mewakili keseluruhan industri es krim di Indonesia.
Pakar pemasaran Dr Harryadin Mahardika mengatakan, konsumsi es krim per kapita kita maksimal masih berada di sekitar 0,75 liter per tahun. Sedangkan estimasi konsumsi yang yang mature berada di atas 2 hingga sekitar 4 liter per kapita.
"Tentu masih banyak ruang bagi produsen untuk meningkatkan produksinya,” ujar pengajar di Universitas Indonesia ini.
Brand Manager Aice Group, Sylvana menjelaskan, pelaku industri es krim Tanah Air saat ini sedang mengalami pertumbuhan produksi sekaligus penjualan yang cukup tinggi di sekitar lima tahun terakhir.
Perusahaannya sendiri dalam tiga tahun terakhir telah membangun dua pabrik baru yang berskala besar. Di tahun 2018, Aice Group membangun pabrik modern dengan konsep factory visit di Mojokerto, Jawa Timur.
Baca juga: DPR Putuskan Kementerian Perindustrian Jadi Mitra Kerja Komisi VII
Sebelumnya mereka sudah memiliki pabrik pertama di Cikarang, Jawa Barat dan kemudian pabrik ketiga untuk menggarap pasar Sumatera, dibangun di Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei di Sumatera Utara.
“Aice Group melihat pasar es krim Indonesia masih akan tumbuh cukup besar. Konsentrasi perusahaan saat ini ada di penguatan kemampuan produksi kami memenuhi permintaan dalam dan luar negeri yang tumbuh," ujar Sylvana, Kamis (24/6/2021).
"Pipeline investasi kami sudah sesuai dengan pencapaian di pasar dan juga dengan roadmap bisnis kami beberapa tahun ke depan,” imbuhnya.
Sylvana mengakui tantangan di bisnis es krim di masa depan adalah menjaga kinerja penjualan ritel mereka tetap tumbuh positif sekaligus melakukan inovasi dalam produksinya.
Menurutnya, infrastruktur yang mengaplikasi teknologi robotik dan standar tinggi higienis dan kualitas terbaik menjadi visi Aice Group di Indonesia.
“Visi produksi yang kami aplikasi di tiga pabrik modern Aice. Es krim yang inovatif memiliki improvisasi kekinian atas bentuk dan varian, kualitas es krim dengan kandungan sehat dari bahan baku terbaik dan teknologi canggih, serta rasa yang enak membuat ceria dan rileks,” jelas Sylvana.
Produk es krim yang beredar di pasar saat ini sudah amat beragam. Ada yang berupa es krim artisan yang berbahan dasar susu dan air, es krim impuls yang berupa porsian berbentuk cone dan lapis cokelat, hingga es krim multi porsi dan kue turunannya.
Secara makro, Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) juga memberikan gambaran yang positif atas industri makanan dan minuman. Industri ini dinilai tahan krisis, termasuk terhadap adanya pandemi sejak tahun lalu.
Pada kuartal dua tahun lalu, industri makanan dan minuman masih tumbuh 0,22% di tengah kontraksi ekonomi -5,32 persen.
"Industri makanan dan minum positif di kuartal III 2020 dengan tumbuh 0,66%. Perkiraan kami akhir 2020 ditutup tumbuh 1%," jelas Wakil Ketua Umum Bidang Kebijakan Publik GAPMMI Rachmat Hidayat beberapa waktu lalu.
Sylvana menambahkan, Aice Group saat ini masih merasakan pertumbuhan yang positif dalam masa yang sangat sulit saat pandemi ini.
Pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di beberapa wilayah serta penurunan konsumsi makanan dan minuman di luar rumah menjadi faktor penekan pertumbuhan semua industri makanan dan minuman (FMCG).
"Kami bersyukur masih mendapatkan pertumbuhan positif pada tahun awal pandemi 2020 lalu. Meski ada koreksi atas proyeksi penjualan akibat penurunan konsumsi, namun di pertengahan tahun lalu kami menjalankan contigency plan," ungkapnya.
Akselerasi atas penjualan di warung kami nilai seirama dengan anjuran pemerintah untuk berada di rumah saja. Konsumen tidak perlu ke pasar atau modern market. Banyak warung yang dekat rumah konsumen bisa menyediakan kebutuhan es krim dengan Prokes yang tetap jalan,” jelas Sylvana.