Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ovo bekerja sama dengan platform finansial dan investasi Bareksa dan manajer investasi Syailendra Capital, menghadirkan produk investasi terbaru yaitu Reksa Dana Syariah Syailendra Ovo Bareksa Tunai Likuid atau Reksa Dana Syariah Sobat Likuid di aplikasi OVO.
Hadirnya produk reksa dana pasar uang syariah pertama di Indonesia yang bisa dicairkan secara instan ke uang elektronik (e-money) ini merupakan bentuk komitmen Ovo bersama para mitranya untuk ikut memajukan ekonomi syariah Indonesia yang terus berkembang.
Head of Ovo Invest Hadibrata Mantik, mengatakan Ovo terus berkomitmen untuk membantu pemerintah mempercepat literasi dan penetrasi keuangan di Indonesia, tidak hanya keuangan konvensional tetapi juga keuangan syariah.
"Dengan hadirnya Reksa Dana Syariah Syailendra Ovo Bareksa Tunai Likuid di aplikasi Ovo, kami ingin memberikan pilihan yang lebih beragam bagi pengguna Ovo dalam berinvestasi.
Baca juga: Moeldoko Minta Masyarakat Jangan Mudah Terprovokasi
Tidak hanya itu, produk ini menggarisbawahi komitmen kami dalam membuka akses yang terjangkau, terpercaya dan nyaman dalam pengelolaan investasi," tutur Mantik, Kamis (1/7/2021).
Pengguna Ovo bisa mulai berinvestasi hanya dengan Rp 10.000. Lalu ada juga fitur pencairan secara cepat, yaitu fitur unik yang memungkinkan investor untuk mencairkan investasi mereka ke saldo Ovo Cash dengan sangat cepat, sehingga nyaman digunakan untuk pembayaran transaksi uang elektronik.
Fitur ini menjadi yang pertama hadir di Indonesia dalam hal produk reksa dana pasar uang syariah dengan pencairan instan ke uang elektronik.
Meskipun dapat dimiliki dengan biaya yang minim, produk ini diklaim menawarkan bagi hasil investasi yang lebih tinggi dari produk deposito dengan target bagi hasil mulai dari 3-6 persen.
Sehingga pengguna Ovo kini bisa mendapatkan imbal balik yang cukup baik atas dana yang disimpan di Ovo.
Baca juga: Lebaran, Bareksa Tawarkan Investasi THR ke Reksadana
Direktur Syailendra Capital Harnugama, menjelaskan pihaknya yang memiliki total AUM lebih dari Rp 25 triliun (termasuk RDPT dan KPD) pada akhir Desember 2020, melihat antusiasme investor ritel dan menawarkan produk reksa dana pasar uang syariah karena pilihan tersebut adalah yang paling mudah, serta minim resiko untuk nasabah bertransaksi online.
"Dengan nilai beli minimum yang terjangkau, harapannya produk ini dapat menjadi jawaban bagi kebutuhan investasi masyarakat, sehingga mereka semakin dekat dengan goals atau tujuan keuangan yang ingin dicapai," ungkap Harnugama.
Chief Research and Business Development Officer Bareksa Ni Putu Kurniasari, menjelaskan perkembangan industri reksadana syariah sepanjang dua tahun terakhir cukup pesat, yang tercermin dari data dana kelolaan dan pangsa pasar industri.
"Minat masyarakat terhadap reksadana berbasis syariah cukup besar dan semakin berkembang. Ke depan, potensinya lebih besar lagi mengingat Indonesia merupakan negara dengan populasi muslim terbesar," ujar Putu.
Menurut data OJK, nilai dana kelolaan reksadana syariah mencapai Rp 77,5 triliun per-April 2021, tumbuh lebih dari dua kali lipat dibandingkan Rp 34,5 triliun per akhir 2018.
Pada saat yang sama, pangsa pasar reksadana syariah juga membesar menjadi 13,65 persen pada akhir April 2021.
Angka ini melesat dibandingkan dengan 6,82 persen saja per akhir 2018.