TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Disrupsi telah memberikan dampak nyata pada tren pekerjaan, khususnya bagi generasi millennial.
Setelah lulus menempuh studi di jenjang pendidikan tinggi, kini mereka memiliki beragam pilihan pekerjaan.
Tidak hanya sebatas sebagai pegawai, tetapi juga sebagai seorang entrepreneur atau wirausahawan yang mampu mencipatakan lapangan kerja.
Koordinator Kemitraan dan Penyelarasan Bidang Pendidikan Tinggi Vokasi dan Profesi Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri (Mitras DUDI), Agus Susilohadi mengungkapkan, kemampuan kewirausahaan yang dimiliki oleh mahasiswa vokasi ini akan menjadi salah satu solusi untuk mengantisipasi peningkatan jumlah pengangguran terdidik.
Namun hal ini perlu didukung dengan ekosistem yang baik, serta komitmen pimpinan dalam mengembangkan skill wirausaha bagi para mahasiswanya.
Baca juga: Kemendikbudristek Siap Danai Riset Terapan Dosen Vokasi
“Kita saat ini berada di era disrupsi dengan salah satu tren-nya adalah gig economy. Perguruan Tinggi Penyelenggara Pendidikan Vokasi wajib membekali lulusannya dengan kompetensi minimal yang dibutuhkan di masa ini, terutama aspek 4C (critical thinking, creativity, collaboration, communication) sebagai dasar kompetensi kewirausahaan,” ujar Agus, Rabu (14/7/2021).
Agus menegaskan bahwa semangat wirausaha yang ditumbuhkan dari pendidikan vokasi memiliki ciri khas tersendiri.
Artinya, lulusan tidak boleh gagap dalam menerjemahkan kewirausahaan sehingga usaha yang dirintis nantinya bisa berbeda, dan utamanya mampu memberikan manfaat kepada masyarakat.
Mereka nantinya akan menjadi social entrepreneur maupun technopreneur di bidang masing-masing.
Pentingnya skill wirausaha juga diungkapkan oleh dosen Universitas Indonesia yang kini menjadi salah satu tim Program Penguatan Ekosistem Kewirausahaan Kemendikbudristek, Rifelly Dewi Astuti.
Menurutnya, mahasiswa sebagai calon tenaga kerja terdidik Indonesia harus memiliki pengetahuan dan skill yang sesuai dengan permintaan pasar tenaga kerja.
Namun penawaran tenaga kerja sendiri setiap tahun tidak meningkat secara signifikan. Permintaan jauh lebih besar dibandingkan penawaran tenaga kerja.
“Penting bagi insitusi pendidikan tinggi membekali mahasiswa dengan berbagai pengetahuan dan keahlian berwirausaha, sehingga mahasiswa sewaktu lulus nanti bukan hanya tergantung dengan pasar tenaga kerja yang terbatas, namun harapannya dapat menciptakan usaha sendiri bagi dirinya, dan bahkan mampu menciptakan lapangan kerja bagi orang lain di sekitarnya,” ujarnya.
Menumbuhkan kewirausahaan pada pendidikan vokasi yang cenderung memiliki porsi praktik lebih besar tidak terbatas dalam bentuk mata kuliah tersendiri.
Baca juga: Kebutuhan Tinggi, BPSDMI Pasok SDM Industri di Sulawesi Lewat Sekolah Vokasi