Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Produk reksa dana pasar uang disebut merupakan sebuah instrumen investasi di pasar modal yang cocok bagi para investor baru.
Hal ini dikarenakan karakteristik reksa dana pasar uang minim risiko, bersifat likuid, transaksi mudah, serta modal murah.
"Masyarakat Indonesia ini kan umumnya deposan.
Sementara, produk ini secara karakter punya kemiripan dengan deposito, tapi imbal hasilnya bisa mengalahkan deposito," ujar Direktur Syailendra Capital Harnugama melalui keterangan tertulis, Rabu (14/7/2021).
Merujuk data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), pertumbuhan jumlah investor baru reksa dana mencapai 1,65 juta investor secara year to date atau tahun berjalan per 15 Juni 2021.
Baca juga: Sebanyak 92 Persen Dana Desa Telah Dicairkan
Sementara itu, industri reksa dana syariah Indonesia terus mencatatkan pertumbuhan dalam beberapa tahun terakhir.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jumlah dana kelolaan reksa dana syariah menyentuh Rp 77,5 triliun pada April 2021, naik lebih dari dua kali lipat dibandingkan akhir 2018 yang hanya Rp 34,5 triliun.
Dari sisi market share, reksa dana syariah juga mengalami peningkatan hingga pada akhir April 2021 menyentuh 13,65 persen dibandingkan akhir 2018 yang hanya 6,82 persen.
Adapun, Harnugama percaya bahwa kemudahan akses memiliki peranan kunci dalam mendukung literasi dan inklusi keuangan masyarakat Indonesia, khususnya pada produk reksa dana.
Baca juga: Penempatan Dana Haji di SBN Dinilai Aman dan Optimal
"Oleh karenanya, Reksa Dana Syariah Syailendra OVO Bareksa Tunai Likuid ini cocok bagi investor yang baru mencoba melakukan investasi di reksa dana,” pungkasnya.
Sekadar informasi, reksa dana ini menawarkan imbal hasil lebih tinggi dibandingkan deposito dengan target dari 3 persen hingga 6 persen nett per tahun.
Tak hanya itu, produk tersebut dapat diakses melalui aplikasi OVO dan investor bisa mulai membelinya mulai dari Rp 10 ribu.