Riset terapan yang tepat itu Teaching Factory/Teaching Industry harus bermula dari kasus nyata di Industri atau masyarakat.
"Sehingga kebijakan kita untuk riset terapan itu ya ini, start from the end," ungkapnya.
Ia menyebutkan riset itu dimulai dari MRL (Market Readiness Level) bersama industri atau bersama kadin, kemudian merancang kalau kelak produk mereka nanti sudah selesai, bagaimana memproduksi massal dan mendeliver ke pasar atau ke masyarakat.
"Harus ada VRL (Venture Readiness Level). Jadi kita harus punya kesiapan mitra industri yang nanti memproduksi masal. Karena kalau kampus atau SMK diminta untuk memproduksi masal itu ya salah."
Kampus vokasi atau SMK adalah pabrik ide atau pabrik prototype dan dilahirkan bersama dengan industri. Baru setelah itu TRL (Tehnical Readiness Level). Ini dipublikasikan setelah produk sudah jadi.
Baca juga: Pembentukan Pendidikan Vokasi Harus Disesuaikan dengan Potensi Ekonomi di Desa-desa
"Di HAKI, paten, atau produk register itu boleh dipublikasikan. Tapi jangan sampai mindset kita untuk melakukan link and match tadi hanya administratif."
Terakhir, komitmen serapan lulusan, oleh dunia kerja (bukan mengharuskan, tapi komitmen kuat).
"Jadi ada link and match antara vokasi dan industri. Minimal 8 standar ini harus dilakukan kalau kita benar-benar ingin punya kualitas," kata Wikan.
Sementara Nunung dalam paparannya mengatakan setidaknya harus ada bobot yang sama antara dosen-dosen yang melakukan publikasi, dosen aktif dalam masyarakat, termasuk ketika dosen menggerakan dan dosen yang menghasilkan output atau produk.
"Ini seyogyanya juga menjadi bagian dari penilaian yang tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan artikel tadi. Termasuk ketika dia menghasilkan output atau produk. Kita tetap harus melakukan riset. Riset seperti apa yang diinginkan apakah basic research atau applied research," kata dia.
"Nah kalau applied research, apa yang harus ditindaklanjuti agar itu betul-betul bisa digunakan oleh dunia industri," lanjutnya.
Dia menambahkan, dalam melakukan penelitian, ada dosen dengan karakter basic research dan ada juga yang applied research.
Tetapi menurutnya yang lebih penting adalah bagaimana memasukkan applied research di dalam satu puzzle ekosistem riset nasional di Indonesia.