Salah satu rencana bisnis TIRA adalah melakukan integrasi vertikal ke hilir di segmen bisnis steel.
Selo Winardi, Presiden Direktur Tira Austenite mengatakan, TIRA akan masuk ke industri manufaktur untuk memproduksi peralatan yang berbasis high quality dan special steel untuk indutri besar, seperti segmen pertambangan serta minyak dan gas (migas). Segmen pertambangan yang disasar adalah batubara, nikel, dan dan beberapa pabrikasi besar.
Dengan adanya integrasi vertikal ini, TIRA akan lebih leluasa untuk menjalankan bisnis. Misalkan, yang semula biasanya hanya menyediakan bahan baku, ke depan TIRA akan memproduksi sendiri peralatan untuk industri besar.
Adapun keuntungan dari integrasi ini adalah berkurangnya ketergantungan terhadap supplier (impor), mendapatkan konten lokal atau tingkat komponen dalam negeri (TKDN), hingga peluang untuk berkembang menjadi eksportir. “Konsentrasi kami saat ini adalah survive. Jika kami bisa bertahan sampai akhir tahun ini, rencana ini akan dijalankan pada 2022,” terang Selo.
TIRA juga akan memperkuat divisi manufaktur antara lain akan segera mengoperasikan ferrous steel casting yang diarahkan untuk memenuhi pasar domestik (substitusi impor) dan pasar ekspor. Di segmen usaha gas, TIRA akan memperkuat divisi gas dengan memperkuat sarana distribusi untuk menunjang segmen bulk market (curah). Selama ini, penjualan dilakukan ke pasar ritel.
Tahun ini, TIRA menargetkan pendapatan dapat mencapai angka Rp 284 miliar, angka yang diperkirakan mendekati pendapatan tahun 2020.
Sementara itu, laba bersih dipatok sekitar Rp 2 miliar.
Tahun ini, TIRA tidak mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) yang besar. Jika ada, angkanya tidak lebih dari Rp 5 miliar.
Capex ini difokuskan untuk pengembangan sistem digitalisasi dan komputer, yang dilakukan dalam rangka efisiensi.
TIRA juga mematok belanja untuk maintenance besar seperti perawatan filling station yang saat ini bekerja hampir 24 jam sehingga menyebabkan masa aus mesin lebih cepat.
Tahun ini, TIRA juga menambah 2-3 unit iso tank untuk mempercepat distribusi oksigen.
Meski demikian, Selo menyebut pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) dinilai cukup berpengaruh terhadap operasional TIRA. Misalkan saja, pengiriman yang tersendat karena ada beberapa pembatasan mobilitas.
Mengutip materi paparan publik, TIRA membukukan pendapatan senilai Rp 114,91 miliar per 30 Juni 2021. Jumlah ini menurun 14,73% dari pendapatan di periode yang sama tahun sebelumnya yakni Rp 134,77 miliar. (Kontan/Akhmad Suryahadi/*)
Sebagian berita ini telah tayang di Kontan berjudul Simak sejumlah rencana bisnis Tira Austenite (TIRA) tahun ini