Laporan wartawan tribunnews.com, Lusius Genik
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menyebut bahwa struktur perekonomian Indonesia sudah rapuh jauh sebelum pandemi Covid-19 mewabah.
Kerapuhan struktur ekonomi yang dimaksud Bhima merujuk pada kondisi di mana Indonesia, sebagai negara berkembang, tidak pernah melalui fase industrialisasi yang kuat sebagaimana dialami negara-negara maju.
"Tidak ada negara yang menjadi negara maju seperti Korea Selatan misalnya, atau misal negara-negara Eropa, tanpa melalui fase industrialisasi," kata Bhima saat berbincang dengan Tribun Network, Rabu (21/7/2021).
Baca juga: Komisi XI: Indonesia Bisa Naik Kelas Lagi jika Ekonomi Tumbuh 7 Persen
Kerapuhan struktur ekonomi tersebut menjadi salah satu penyebab utama Indonesia dinyatakan turun kelas menjadi negara berpendapatan menengah ke bawah atau lower middle income country pada tahun ini.
Bhima mengutarakan, ada banyak negara-negara di Eropa yang berhasil menjadi negara maju karena melalui fase industrialisasi yang kuat.
Misal Korea Selatan, yang semula adalah negara miskin, bisa berangsur-angsur menjadi negara berkembang.
Bahkan negara tersebut berhasil menjadi negara maju pada tahun 1990-an, dikarenakan mengalami fase industrialisasi yang kuat.
Baca juga: Tunjukkan Tren Positif, Perekonomian di Pelabuhan Perikanan Menggeliat di Masa Pandemi
"Korea Selatan dan Indonesia waktu itu posisinya sama menjadi negara miskin, negara berpendapatan menengah, kemudian sudah keluar tahun 90-an menjadi negara maju."
"Sementara Indonesia stagnan. Ini kenapa? Karena kita tidak melalui fase industrialisasi yang kuat," ujar Bhima.
Saat ini, lanjut Bhima, angka pertumbuhan industri manufaktur di Indonesia terus menurun bahkan sampai di bawah 20 persen.
Baca juga: Menkop Teten Masduki Dorong Produk Kreatif Bali Bangkitkan Perekonomian
Hal itu dikarenakan kebanyakan pengusaha muda hari ini cenderung ketergantungan terhadap sektor jasa digital dan lain-lain.
"Ini adalah masalah kerentanan struktur ekonomi kita. Kita terlalu cepat masuk ke sektor jasa sementara sektor industrinya tidak kuat," jelas Bhima.
"Belum punya perusahaan-perusahaan besar seperti LG, Samsung, dan lain-lain secara nasional, kemudian sekarang kita sudah beralih euforia soal digitalisasi," pungkas dia.