Laporan Wartawan Tribunnews.com, Hari Darmawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) menyebutkan pembangunan Jembatan Penyeberangan Multiguna (JPM) dilakukan dengan skema bundling dan revitalisasi Stasiun Kereta Rel Listrik (KRL) Sudirman.
Pembangunan JPM yang direncanakan sudah dibangun pada pertengahan 2022 ini, nantinya akan menghubungkan Stasiun KRL Sudirman dengan Stasiun LRT Setiabudi.
Baca juga: PPKM Diperpanjang, KAI: Aturan Perjalanan Menggunakan Kereta Api Masih Ikuti SE Kemenhub Nomor 58
Kepala BPTJ Polana Pramesti mengatakan, pembangunan JPM Dukuh Atas ini nantinya sekaligus akan melakukan revitalisasi Stasiun KRL Sudirman.
"Tetapi pada prosesnya, pembangunan JPM akan didahulukan dan revitalisasi Stasiun KRL Sudirman akan dilakukan setelah pembangunan JPM," ucap Polana, Selasa (3/7/2021).
Baca juga: Kemenhub Gandeng Swasta Tingkatkan Layanan Jaringan Komunikasi di Labuan Bajo
Polana menjelaskan, nantinya JPM Dukuh Atas ini akan menghubungkan dengan Stasiun KRL Sudirman dan Stasiun Kereta Api (KA) yang akan melewati sungai Ciliwung.
Dalam proses pembangunannya, lanjut Polana, sepenuhnya diupayakan menggunakan pembiayaan dari swasta.
Ia mengungkapkan, bahwa PT Moda Integrasi Transportasi Jabodetabek (MITJ) akan ditunjuk untuk merealisasikan pembangunan JPM Dukuh Atas.
Baca juga: Kemenhub: Sebelum Diproduksi Kendaraan Listrik harus Memenuhi 10 Elemen Pengujian
"JPM Dukuh Atas ini ditargetkan terbangun pada pertengahan 2022, agar dapat mendukung operasional LRT Jabodetabek nantinya," ucap Polana.
Polana juga mengungkapkan, dalam mempercepat proses pembangunan JPM Dukuh Atas ini pihaknya telah mengirim surat resmi kepada Direktur Jenderal Perkeretaapian sebagai pemegang kewenangan atas Stasiun KRL Sudirman.
"Selain itu, kami juga sudah mengirimkan surat resmi kepada Gubernur DKI Jakarta yang memiliki kewenangan atas wilayah Dukuh Atas secara keseluruhan," ujar Polana.
Keberadaan JPM ini, lanjut Polana, dapat membuah kawasan Dukuh Atas sebagai kawasan integrasi antarmoda perkotaan yang lengkap dan efisien.
Selain itu Polana juga menjelaskan, alasan pembangunan JPM Dukuh Atas dengan skema bundling dan revitalisasi Stasiun KRL Sudirman karena setelah melewati beberapa kajian bahwa opsi JPM saja ternyata kurang menarik investor.