TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Dewan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengatakan pihaknya akan bekerja keras memastikan agar proyek-proyek konstruksi dan infrastruktur, khususnya yang dikerjakan oleh negara, jangan sampai berhenti.
Sebab bila terjadi, maka dampaknya akan multiplier, dimana sektor keuangan juga akan terbebani.
Hal itu disampaikannya dalam webinar 'Antisipasi Dampak Ekonomi Terhadap 8 juta Tenaga Kerja Industri Jasa Konstruksi dan Jasa Pendukung Pada Masa Covid-19' yang digelar DPP PDI Perjuangan (PDIP), Jumat (6/8/2021).
Baca juga: OJK Belum Bisa Pastikan Perlu Berapa Tahun Lagi untuk Perpanjang Restrukturisasi Kredit
Di acara itu, hadir Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto; Menteri PUPR Basuki Hadimuljono; Ketua DPP PDIP Nusyirwan Soedjono; Wadirut Bank Mandiri Alexandra Askandar; Dirut Waskita Karya Destiawan Soewardjono' dan Dirut PT Jaya Konstruksi Sutopo Kristanto. Pesertanya adalah ratusan kepala daerah serta pengurus PDIP seluruh Indonesia.
Baca juga: Pesan Megawati untuk Menteri PUPR: Koridor Strategis dan Konstruksi Tahan Gempa
Kata Wimboh, harus diakui bahwa pandemi covid-19 telah menyebabkan penurunan ekonomi yang luar biasa bagi masyarakat umum non pegawai negeri. Pedagang pakaian menjerit karena warga tak lagi berbelanja pakaian, katering juga terhenti, hotel tak terisi, dan lain-lain. Dampaknya, perbankan juga terbebani karena pengusaha tak mampu membayar kreditnya.
Begitupun di sektor konstruksi. Jika para pengusaha melakukan pembangunan, namun kesulitan mencari pembeli. Banyak yang harus menghadapi potensi kredit macet. Oleh OJK, semua diajak bicara agar restrukturisasi bisa dilakukan.
"Nasabah-nasabah yang tidak bisa mengangsur karena pandemi tidak dikategorikan macet. Karena kalau macet, urusannya panjang. Berarti harus menunggu lama diratifikasi menjadi tidak macet, legalnya rumit. Sehingga kami tahan," kata Wimboh.
Baca juga: Menteri PUPR Akui PPKM Berdampak Penurunan Volume Lalu Lintas Jalan Tol 40 Persen
Untungnya, semakin waktu berjalan, Pemerintah dan rakyat bisa terus berjuang, dan situasi semakin membaik. Terlebih belakangan BPS sudah mengumumkan pertumbuhan ekonomi sebesar 7,07 persen. Hal ini sejalan dengan indikator lain yang juga meningkat.
"Kegiatan dunia usaha semakin ekspansif dan juga kapasitas produksi ekonomi sudah tumbuh atau usaha sudah tumbuh. Manufacturing index angka-angka statistik sudah membaik, ini sudah hampir sama sebelum pandemi," urainya.
"Keyakinan konsumen sudah meningkat, indeks penjualan ritel sudah meningkat, inflasi sudah terkendali. Indikator di perbankan sama. Kredit mulai meningkat dan ada sektor konstruksi yang kalau kita lihat kenaikannya cukup fantastik," ungkap Wimboh.
Baca juga: Menteri PUPR dan Gubernur Sulbar Pembicara Peluncuran Tribun-Sulbar.com, Portal ke-53 Tribun Network
Saat ini, pihaknya mengapresiasi perintah Presiden Joko Widodo yang meminta agar pembangunan infrastruktur terus berjalan. Dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono juga mengatakan bahwa sektor konstruksi harus terus bergerak. Dalam konteks itu, OJK juga mendukung agar jasa konstruksi tidak berhenti.
Menurut Wimboh, jasa konstruksi selalu berkaitan dengan sektor lainnya. Misalnya, saat membangun rumah, tentu sudah mempekerjakan banyak orang. Saat rumah itu dibeli, pasti penghuninya akan membeli furniture, barang elektronik, dan lainnya.
"Konstruksi ini sudah banyak investasi. Jadi kalau berhenti, ini bisa risk. Kami menaruh perhatian khusus dan memonitor bagaimana jangan sampai berhenti," kata Wimboh.
Dirut PT Jaya Konstruksi, Sutopo Kristanto, mengatakan bahwa dari perspektif perusahaan konstruksi, memang terjadi penurunan dari sisi market dan lainnya. Walau demikian, pihaknya bersyukur karena saat ini pihaknya terlibat dalam setidaknya 6 proyek pembangunan ruas jalan tol dengan nilai Rp 4,8 triliun.