Hampir 1 Abad Chevron di RI, Kini Blok Rokan Dikuasai Pertamina
PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) resmi berhenti sebagai operator wilayah kerja Rokan atau Blok Rokan, Riau, setelah ada di Indonesia sejak 1924.
Ladang minyak tersebut kini dikuasai PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya Pertamina Hulu Rokan (PHR), sejak Senin (9/8/2021) pukul 00.01 WIB.
Baca juga: Pertamina Resmi Kelola Blok Rokan dari Tangan Chevron
Awalnya, perusahaan minyak asal Amerika Serikat tersebut datang ke Indonesia pada 97 tahun yang lalu dengan nama Standard Oil Company of California (Socal), kini bernama Chevron.
"Terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada kami untuk melaksanakan kegiatan, baik operasional maupun kegiatan yang mendukung masyarakat selama hampir 1 abad," Managing Director Chevron IndoAsia Business Unit & Presiden Direktur PT Chevron Pacific Indonesia Albert Simanjuntak, Minggu (9/8/2021) malam.
Saat datang ke Indonesia, Chevron mengirim tim ekspedisi geologi ke Pulau Sumatera, di mana pada 1941 melakukan pengeboran di Lapangan Duri, kemudian disusul lapangan Minas pada 1944, dan mulai produksi sekitar tahun 1951.
Baca juga: Jelang Alih Kelola, SKK Migas-Pertamina-Chevron Sambangi Kepala Daerah WK Rokan
Kedua lapangan tersebut merupakan lapangan minyak terbesar dari total 115 lapangan produksi di Blok Rokan saat ini, dengan luas wilayah mencapai 6.264 kilometer.
Pada 1971, Chevron menandatangani kontrak pengelolaan Blok Rokan selama 30 tahun, dan kemudian diperpanjang pada 1992.
Baca juga: Sudah Beroperasi 70 Tahun, Produksi Blok Rokan Optimistis Bisa Kembali Ditingkatkan
Saat itu, Chevron mendapat tambahan perpanjangan kontrak hingga 20 tahun.
Kini, PHR menjadi operator tambang migas tertua di bumi Lancang Kuning tersebut selama 20 tahun ke depan.
Perpindahan alih kelola itu sesuai dengan amanat yang dikeluarkan oleh pemerintah melalui Menteri ESDM pada tahun 2018.
Baca juga: Chevron Harus Segera Pastikan Pasokan Listrik dan Uap untuk Jaga Produksi Blok Rokan
Pada akhir Juli 2021, rata-rata produksi Blok Rokan sekitar 160,5 ribu barel per hari atau sekitar 24 persen dari produksi nasional, dan 41 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) untuk gas bumi.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, hingga akhir 2021, PHR merencanakan pengeboran 161 sumur baru, termasuk sisa sumur dari komitmen operator sebelumnya.
Untuk 2022, kata Nicke, PHR merencanakan pengeboran kurang lebih sebanyak 500 sumur baru.
"Komitmen ini merupakan komitmen investasi dan jumlah sumur terbesar di antara Blok migas lain di Indonesia," ucap Nicke.
Kegiatan pengeboran tersebut akan didukung dengan penyiapan tambahan 10 rig pemboran, sehingga secara total tersedia 16 rig pemboran serta 29 rig untuk kegiatan Work Over & Well Service yang merupakan mirroring dari kontrak sebelumnya.