Tantangan terbesar yang dihadapi Indonesia adalah ketersediaan infrastruktur telekomunikasi yang merata serta perlindungan konsumen digital bagi 276 juta jiwa.
Baca juga: Mendag: Sampai Pertengahan Agustus, 14 Juta UMKM Sudah Bergabung di Perdagangan Elektronik
Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Oke Nurwan mengatakan sebuah negara bisa maju kalau masyarakatnya bangga menggunakan produk-produk lokal.
"Kita harus mendorong Bangga Buatan Indonesia, artinya produknya harus dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia dan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Yang kita targetkan setiap tahunnya 6,1 juta UMKM onboarding," ucap Oke.
Untuk itu, pemerintah terus berupaya mendorong nation branding produk lokal unggulan memanfaatkan ekonomi digital.
"Kementerian Perdagangan saat ini konsentrasi mengembangkan ekonomi digital di mana yang paling banyak atau sudah menjadi tren adalah melalui sistem e-commerce," tuturnya.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Utara (Sulut) Arbonas Hutabarat menerangkan hasil survei internal tahun 2020 bahwa omzet UMKM ekonomi kreatif turun drastis.
Hal itu diakibatkan turunnya kunjungan wisatawan dan ketersediaan bahan baku terbatas.
"Sejumlah UMKM melakukan inovasi variasi produk untuk bisa bertahan hidup. Kemudian program restrukturisasi kredit dan pemanfaatan media sosial. Ini yang penting untuk peningkatan pemasaran," ucap Arbonas.
Bank Indonesia pun memastikan sebanyak 286 ribu UMKM telah menerima stimulus ekonomi Bantuan Produktif Usaha Mikro (BPUM).
"Dana yang sudah digelontorkan dari APBN sebesar Rp 690 miliar kepada UMKM atau sebanyak 2,4 juta penerima," kata dia.
BI sangat optimis potensi wisatawan lokal masih dapat didorong karena sektor wisata harus tetap dijaga kesiapannya termasuk mengakselerasi penggunaan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS). (Tribun Network/Reynas Abdila)