Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko SutriyantoÂ
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Hasan Zein Mahmud menilai penghentian sementara saham atau dikenal dengan suspensi oleh pihak otoritas bursa sebaiknya dilakukan terhadap market secara keseluruhan apabila terjadi peristiwa luar biasa.
"Saya sejujurnya lebih condong untuk tidak ada kontrol harga pada saham individual," ujar Hasan di Jakarta, Jumat (27/8/2021).
Suspensi kerap dilakukan Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai intervensi dengan tujuan melakukan cooling down apabila saham tertentu bergerak menanjak atau turun terlalu drastis.
Otoritas pasar modal, menurut dia, harus mampu mengikis praktek manipulasi pasar seperti insider trading, cornering, dan semua kegiatan yang merusak level playing field.
Saat ini BEI masih mensuspensi saham maskapai pelat merah Garuda Indonesia (GIAA) akibat indikasi adanya gangguan pada kelangsungan usaha perseroan menyusul penundaan pembayaran utang sukuk yang telah jatuh tempo.
Saham Garuda tercatat turun hampir 45% ke posisi 222 rupiah per saham.
Baca juga: Hingga Akhir Juli 2021, Investor Saham Mencapai 2,56 Juta Orang
Namun, sejumlah saham yang terkait digital dan teknologi juga mengalami suspensi akibat kenaikan saham yang signifikan.
Sebagai contoh Indosterling Technomedia (TECH) tercatat masih disuspensi sejak 24 Agustus, sedangkan saham Bank Neo Commerce (BBYB) yang juga masuk jajaran digital bank terkena suspensi sehari pada 26 Agustus.
Baca juga: BI: Lonjakan Investor Ritel di Indonesia Jadi Potensi Baru Pembiayaan Ekonomi
Saham-saham terkait teknologi kerap menjadi sasaran suspensi mengingat tingginya kenaikan saham sektor tersebut.
Saham DCI Indonesia milik Anthony Salim juga sempat disuspen dan turun sejak dibuka kendati kembali menanjak akhir-akhir ini.
Euforia terhadap saham digital diperkirakan masih berlanjut.
Pengamat Pasar Modal Lucky Bayu Purnomo mengatakan langkah bursa melakukan suspensi dan pemantauan harga saham tertentu atau yang dikenal dengan unusual market activity (UMA) dianggap wajar guna memberi alarm kepada investor untuk meninjau ulang investasinya.
"Saya berharap suspensi saham-saham teknologi ini tidak lama, harus segera disimpulkan agar tidak menimbulkan persepsi negatif," kata Lucky.