TRIBUNNEWS.COM – Ada banyak hal yang dapat menjadi pemantik bagi seseorang untuk berkarya dan berinovasi. Salah satunya adalah karena tekanan kondisi.
Seperti halnya yang dilakukan oleh Wilson Yanaprasetya, pemuda yang berhasil menelurkan suatu inovasi untuk membantu sesama.
Pada awalnya, Wilson mengalami kesulitan untuk mendapatkan kebutuhan rumah tangga.
Hal ini disebabkan oleh infrastruktur yang dimiliki oleh daerah tempatnya tinggal, tepatnya di Banyuwangi, kurang memadai.
Untuk itulah, Wilson bertekad untuk mencari jalan keluar atas kesulitan tersebut.
Suatu hari, pria berusia 36 tahun ini menemukan ide dan inovasi untuk menyelesaikan masalah tersebut berbekal ilmu yang didapatkannya saat berkuliah.
Wilson berhasil mengombinasikan kemampuannya dalam bidang computer engineering dengan dimensi masalah yang dihadapinya.
Bersama kerabatnya yang berasal dari desa, Wilson membangun aplikasi yang mampu membantu masyarakat memenuhi kebutuhan harian, seperti sembako, produk segar, dan hingga kebutuhan lainnya. Aplikasi tersebut dinamainya Dagangan.
Lewat aplikasi Dagangan, Wilson menyediakan berbagai kebutuhan yang dapat dibeli secara grosir.
Secara konsep, aplikasi tersebut merupakan social-commerce, yang artinya para penyedia dan penjual barang kebutuhan dapat memanfaatkan aplikasi tersebut untuk melakukan promosi dan menjual dagangannya secara langsung, sehingga pembeli dapat memperoleh kebutuhan dengan mudah.
Dengan kata lain, pada aplikasi Dagangan, para penjual tradisional dapat melakukan digitalisasi penjualan dalam suatu ekosistem digital khusus kebutuhan harian.
"Cita-cita dari Dagangan ini adalah untuk memberdayakan masyarakat yang tersebar di daerah untuk berdaya secara ekonomi melalui transformasi kegiatan ekonomi tradisional menjadi digital," ungkap Wilson.
Pada awalnya, Wilson memang mengalami berbagai tantangan saat mulai membangun aplikasi Dagangan pada 2019 lalu.
Namun, ia tetap teguh melakukan riset untuk menemukan solusi dari sukarnya memenuhi kebutuhan masyarakat akibat infrastruktur yang jauh dari perkotaan.
Ia mencontohkan, ada pelanggan Dagangan dari Jawa Tengah ketika ke pasar basah hanya memegang Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta untuk memenuhi kebutuhan 2 hari. Pelanggan tersebut menempuh perjalanan naik motor untuk mencapai lokasi pasar di atas gunung.
Saat pergi, ia tidak mendapat penghasilan lantaran tokonya harus tutup.
Terinspirasi dari masalah tersebut, Wilson pun menelusuri masalah dan kesulitan yang dialami oleh pelanggan tersebut.
Menebar manfaat hingga ke luar daerah
Perjalanan panjang membangun Dagangan dilakukan oleh Wilson dari daerah ke daerah, bermula dari Jawa Tengah.
Pada proses tersebut, Wilson menemukan berbagai perbedaan yang terjadi di tiap daerahnya.
"Ternyata ketika beda kota itu, cara kerja mereka beda, kemauannya beda, bahkan prioritas mereka beda semua. Melalui hal ini kita ingin mengembangkan desa lewat platform ini, " ucapnya.
Layaknya sebuah bisnis aplikasi atau startup, Wilson berhasil membuat suatu platform dengan mengawinkan teknologi menjadi sebuah produk.
Dagangan menyelesaikan masalah dengan menyediakan harga barang yang tidak beda jauh, sehingga para pelanggan atau reseller tidak perlu mengeluarkan uang bensin, namun tetap bisa berjualan.
"Dagangan ini baru dan kita harus mengajarkan orang-orang untuk cara menggunakannya, memperkenalkan aplikasi ini dan menghadirkan kualitas yang bagus supaya tumbuh kepercayaan di masyarakat," ucapnya.
Dalam mengembangkan aplikasinya, Wilson kerap kali meminta feedback dari pelanggan dan reseller-nya untuk mengetahui apa saja yang mereka butuhkan.
Meski harus melewati jalan terjal di awal, saat ini Dagangan berhasil membantu kebutuhan desa yang masuk ke 15 daerah diantaranya Daerah Istimewa Yogyakarta (Sleman, Wates, Sewon), Jawa Tengah (Magelang, Kendal, Temanggung, Grabag, Salatiga, Ambarawa, Parakan, Pekalongan, Solo, Tegal, Klaten), dan Kabupaten Bandung.