Dia menilai, kenaikan impor baja harus dilihat juga dari sisi lain bahwa ekspor baja juga meningkat dibanding periode yang sama, yakni mencapai 1.500 persen.
“Angka itu belum memperhitungkan nilai tambah yang diperoleh sektor industri penggunanya, juga substitusi impor pada produk turunannya. Ini yang seharusnya dianalisis," ujarnya.
Selama masa pandemi Covid-19, ketika perekonomian nasional masih berangsur pulih, Fernando mengatakan sektor industri logam justru mengalami pertumbuhan yang signifikan.
"Pada semester 1 tahun 2021 sektor industri logam ini berhasil mencatatkan pertumbuhan sebesar 18,3 persen, jauh di atas pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya tercatat sebesar 7,01 persen," katanya.
Sementara itu, Akademisi Universitas Bhayangkara, Sabela Gayo melihat tata niaga baja yang dilakukan pemerintah sebetulnya sudah cukup bagus dan mempertimbangkan supply-demand baja dalam bentuk Hot Rolled Coil (HRC), Cold Rolled Coil (CRC), Coated Steel/Baja Lapis dan turunan baja lainnya dengan memperhatikan kebutuhan baja nasional.
"Jika KS mampu memasok kebutuhan produk-produk tersebut secara keseluruhan diyakini impor nasional akan berkurang baik dari sisi volume maupun jenis produk baja yang bermacam-macam untuk kebutuhan industri," tandas Sabela.