Laporan Wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harga jagung belakangan jadi sorotan terlebih usai aksi seorang peternak ayam yang membentangkan poster terkait mahalnya harga jagung, saat kunjungan kerja Presiden Joko Widodo di Blitar, Jawa Timur.
Jokowi kemudian memanggil sang peternak ayam ke Istana Negara.
Baca juga: Grobogan Siap Suplai Kebutuhan Jagung Peternak
Setelahnya, Presiden langsung memerintahkan Kementerian Pertanian (Kementan dan Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyediakan jagung sebagai pakan ternak dengan harga Rp 4.500 per kilogram.
Namun belakangan kedua kementerian tersebut ternyata punya pandangan berbeda terkait stok jagung.
Kementan mengklaim stok jagung cukup, yakni berada di angka 2,3 juta ton.
Lain halnya, Kemendag justru memiliki dalih sebaliknya.
Baca juga: Kementan Siap Tunjukkan Lokasi Stok Jagung
Menteri Muhammad Lutfi menyebut stok jagung untuk pakan ternak saat ini jumlahnya tidak sampai 2 juta ton. Bahkan mencapai angka 7 ribu ton saja sulit.
Alhasil, harga komoditi tersebut melebihi harga acuan pembelian (HAP) yang ditetapkan.
Tokoh UMKM Nasional Witjaksono meminta Kementan dan Kemendag menyetop kegaduhan soal stok jagung yang justru merugikan masyarakat. Kedua kementerian diminta duduk bersama fokus mencari solusi.
"Stop gaduh, permasalahan komoditi jagung tidak akan pernah selesai dengan ribut-ribut apalagi saling menyalahkan. Kementan dan Kemenag seyogianya bersinergi agar persoalan ini dapat tuntas," kata Witjaksono dalam keterangannya, Jumat (24/9/2021).
Menurutnya masalah komoditi jagung bisa selesai dengan beberapa cara konkret.
Salah satunya dengan memulai penguatan argo bisnis atau industri tanaman jagung, yang bisa dilakukan pada beberapa daerah swasembada jagung.
Ia menyebut langkah ini sudah diterapkan di wilayah Bengkulu Selatan yang kini jadi salah satu daerah pemasok komoditi jagung.
Baca juga: Anggota Komisi III DPR: Overcrowding Lapas Jadi Tanggung Jawab Kepolisian, BNN, dan Kejagung
"Saya sudah terapkan ini di Bengkulu Selatan sejak tahun 2018, dan Alhamdulillah, awalnya rata - rata tanam setiap tahun hanya 1.000 hektar, kini jadi diatas 12.000 hektar. Silahkan di cek dengan Pak Bupati Bengkulu Selatan," terang dia.