Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pandemi Covid-19 telah berdampak pada semua aspek kehidupan, satu di antaranya penurunan pendapatan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Dalam laporan Badan Program Pembangunan PBB (UNDP) Indonesia dan Universitas Indonesia, ditemukan sekitar 77 persen UMKM pada 2020 mengalami penurunan pendapatan.
Termasuk usaha start up yang kesulitan mengakses permodalan keuangan dan keterampilan, untuk meningkatkan kapasitas maupun skala bisnisnya.
Baca juga: Strategi UMKM Clothing Tetap Bertahan di Tengah Pandemi
Team Leader of Innovative Finance Lab UNDP Indonesia, Didi Hardiana mengatakan, sebagai wujud komitmen kuat PBB mendukung Indonesia untuk pulih dari pandemi, UNDP menggulirkan program bersama yang fokus pada pengembangan kewirausahaan melalui pelatihan dasar secara intensif.
Program bersama yang pertama yaitu youtb co:lab, untuk mendukung pengembangan wirausaha muda.
“Youth co:lab adalah sebuah inisiatif wirausaha muda yang dikembangkan UNDP, untuk mengupayakan solusi inovatif terhadap isu sosial ekonomi dan lingkungan,” kata Didi, Sabtu (16/10/2021).
Baca juga: Sandiaga Uno Sebut Surakarta Miliki Potensi untuk Kewirausahaan di Sektor Parekraf
Pada prinsipnya, kata Didi, youth co:lab merupakan program bootcamp untuk mengembangkan potensi kaum muda Indonesia, agar produktif dan berdaya saing melalui pendekatan kewirausahaan sosial.
“Bootcamp ini juga menjadi wadah kolaborasi, bertukar ide dan pikiran antara wirausaha muda dengan para tenaga ahli atau expert pelaku usaha, pemerintah dan stakeholder lainnya dalam pengembangan wirausaha pemuda di Indonesia,” papar Didi.
Pogram kedua adalah she disrupts Indonesia, suatu kompetisi dan program akselerasi untuk meningkatkan ketahanan ekonomi dan masyarakat di Indonesia dengan memberdayakan pengusaha perempuan.
Baca juga: Pemerintah Dorong Digitalisasi UMKM, Netizen Suarakan Tagar UMKM Go Digital
Terutama dengan mempertimbangkan tingginya proporsi UMKM yang dipimpin perempuan-perempuan di Indonesia.
“Program ini merupakan kerjasama antara UNDP dengan beberapa stakeholders lain seperti Indonesia Women Empowerment Fund (IWEF), YCAB Ventures, UN women, Citibank dan lain-lain,” jelasnya.
Sejak dimulai Juni 2021 dan selesai pada Agustus 2021, terpilih 24 startup untuk mengikuti program pre-akselerater selama dua pekan, yang diisi dengan pembekalan dan pelatihan menuju kesiapan investasi, pertumbuhan bisnis, transformasi dan perspektif gender,.
“Dari program ini kita melihat ada beberapa startup yang cukup menonjol dan inovatif, sehingga memberi dampak positif baik untuk sosial maupun start up itu sendiri,” ucap Didi.
Kemudian program ketiga yang akan berjalan di akhir tahun ini, yaitu basic enterpreneurship training atau pelatihan kewirausahaan.
Program ini menargetkan 1.000 peserta, khususnya perempuan muda penyandang disabilitas dan orang dengan HIV.
“Kita menargetkan 3 regions di Indonesia, baik di barat maupun timur. Nantinya peserta akan diberikan pelatihan mengenai skill wirausaha atau bisnis skill, juga analisis peluang bisnis dan financial planning,” paparnya.
UNDP menyadari, imbas pandemi tidak hanya dirasakan pelaku UMKM, tapi juga kelompok masyarakat yang mengandalkan alam sebagai mata pencaharian, seperti petani dan nelayan.
“UNDP memiliki beberapa program untuk Covid-19 respon dan recovery, termasuk untuk para petani dan nelayan. Di antaranya melalui program cash forward, juga pelatihan dan peningkatan kapasitas untuk petani dan nelayan sehingga mereka bisa melihat peluang lain, atau paling tidak meningkatkan kapasitas produk mereka,” pungkasnya.