Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Transportasi merupakan salah satu urat nadi dari perputaran ekonomi sebuah negara ataupun wilayah.
Hal tersebut diungkapkan salah satu pengusaha Perusahaan Otobus (PO) yakni Anthony Steven Hambali, yang merupakan pemilik PO Sumber Alam.
Menurutnya, di negara maju mana pun, layanan transportasi akan terus ada, di mana transportasi darat juga termasuk di dalamnya.
"Transportasi adalah urat nadinya ekonomi, jadi enggak mungkin semaju apapun negara tersebut, pasti transportasi masih ada," ucap Anthony dalam acara bincang-bincang secara virtual, Rabu (20/10/2021).
Dirinya juga menceritakan masa kejayaan para pelaku bisnis PO dari masa ke masa.
Menurut Anthony, bisnis PO sangat berjaya saat mantan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan, menjabat sebagai Bos PT KAI (Persero).
Baca juga: Pengusaha PO Curhat, Keberadaan Angkutan Ilegal Bikin Bisnisnya Rugi hingga 50 persen
Saat Jonan menjabat, KAI sukses dibawanya menuju transformasi layanan yang sangat baik.
"Kami merasakan masa keemasan saat KAI dipegang Pak Jonan. Karena penumpang kereta saat itu dibatasi dan enggak boleh ada penumpang yang berdiri," papar Anthony.
"Dan itu dampaknya melimpah ke angkutan darat, sehingga PO-PO bergairah," sambungnya.
Tak hanya sampai disitu, para pelaku bisnis otobus juga tersenyum lebar saat jalan Tol di utara Jawa dibangun. Sehingga waktu perjalanan lebih efisien, dan masyarakat mulai berminat menggunakan jasa transportasi otobus.
Namun kini bisnis PO sedang berada di titik paling lesu sepanjang sejarah, imbas pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia.
Dirinya mengungkapkan, layanan usaha yang dijalaninya yaitu angkutan bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) hingga bus pariwisata mengalami kesulitan dalam hal okupansi dan pendapatan.
Bayangkan saja, sebelum pandemi melanda Indonesia, jumlah bus PO Sumber Alam mampu beroperasi sebanyak 50 hingga 70 unit per harinya.
Baca juga: Bos PO Sumber Alam Beberkan Bisnisnya Berdarah-Darah saat Pandemi, Sempat Jual Murah Unit Bus
Namun, saat wabah Covid-19 merebak, jumlah bus yang dioperasikan hanya 20 unit per hari.
"Kondisi pandemi seperti ini penyusutannya sangat banyak. Sebelum pandemi operasionalnya bisa sekitar 50 sampai 70 unit per hari. Tapi saat ini kita cuma 20 unit saja per hari," ucap Anthony.
"(Terlebih ketika) awal Pandemi yaitu 2020, itu kita benar-benar stop operasi. Karena memang waktu itu dilarang pemerintah," pungkasnya.