TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) mampu membuktikan kinerja perbankan syariah bisa cemerlang di masa pandemi Covid-19.
Hal ini menegaskan prospek dan potensi ekonomi syariah yang sangat besar dalam membangkitkan ekonomi dari tekanan krisis di dalam negeri.
Direktur Utama BSI, Hery Gunardi mengatakan, kini masyarakat mulai melihat perbankan syariah sebagai alternatif layanan jasa keuangan.
Alasannya, lanjut Hery, karena perbankan syariah lebih transparan, lebih berpihak kepada publik dan tidak memberatkan.
Selain itu, perbankan syariah mempermudah masyarakat melakukan transaksi sosial seperti zakat, infaq dan wakaf tanpa harus berinteraksi langsung.
Hery yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) menjelaskan, di tengah kondisi ekonomi yang menantang karena pandemi Covid-19, total aset perbankan syariah secara nasional tetap tumbuh.
Baca juga: Prediksi Bank Indonesia Inflasi Oktober 0,08 persen, Cabai dan Minyak Goreng Jadi Penyumbang Utama
Pada Juli 2021, aset perbankan syariah di Tanah Air tumbuh sekitar 16,35 persen, pembiayaan tumbuh 6,82 persen dan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 17,98 persen.
“Ini tanda-tanda positif, artinya sebagian masyarakat sudah melirik perbankan syariah karena cukup kompetitif," ucap Hery dalam keterangannya, Sabtu (23/10/2021).
"Diharapkan, dengan peran perbankan syariah dapat mengambil posisi dan kontribusi agar potensi besar ini memberikan manfaat lebih bagi masyarakat,” sambungnya.
Adapun untuk kinerja BSI, bank syariah terbesar di Tanah Air itu pun mampu membukukan catatan positif di saat kondisi ekonomi yang menantang.
Pada semester I-2021, BSI mencatat perolehan laba bersih sebesar Rp1,48 triliun, atau naik sekitar 34,29 persen secara year on year (yoy).
Kenaikan laba tersebut dipicu oleh pertumbuhan pembiayaan dan dana pihak ketiga (DPK) yang berkualitas.
Dengan kinerja yang positif itu, BSI berhasil mencatatkan total aset sebesar Rp247,3 triliun hingga Juni 2021. Jumlah itu naik sekitar 15,16 persen (yoy).
Untuk pembiayaan, BSI menyalurkan Rp161,5 triliun atau tumbuh sekitar 11,73 persen (yoy).
Dengan angka tersebut, BSI berhasil menguasai pangsa pasar industri perbankan Syariah di Indonesia saat ini.
Untuk menjaga pertumbuhan ke depan, Hery menyebut BSI akan terus meningkatkan kapabilitas digital.
Baca juga: Bank Indonesia Catat Aliran Modal Asing Masuk ke Pasar Keuangan Domestik Rp710 Miliar
Kinerja BSI Berpeluang Makin Berkilau
PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau BSI dinilai dapat memacu kinerja secara signifikan pada masa mendatang.
Pengamat perbankan dari Universitas Bina Nusantara, Doddy Ariefianto mengatakan, hal tersebut ditopang oleh kemampuan BSI yang memiliki potensi menggarap ekonomi dan keuangan syariah di Tanah Air.
Terutama, pasar pembiayaan ritel dan sindikasi.
Seperti diketahui, potensi ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia hingga saat ini belum tergarap secara optimal.
Baca juga: Potensi Keuangan Syariah Indonesia Belum Tergarap Optimal, Kinerja BSI Berpeluang Makin Berkilau
Doddy mengatakan, BSI merupakan hasil penggabungan tiga bank syariah besar yaitu PT Bank BRIsyariah Tbk., PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank BNI Syariah.
Oleh karena itu, dirinya menilai dengan optimalisasi kinerja setelah terintegrasi potensi peningkatan pangsa pasar BSI pun masih sangat besar.
"Tentu saja potensi bank ini sangat besar. Potensi pasar pembiayaan dengan memanfaatkan penduduk Muslim nasional pun sangat besar. Dengan memanfaatkan itu saja potensinya BSI bisa terbang," ungkap Doddy, Jumat (22/10/2021).
Masih kata Doddy, melalui merger tiga bank syariah BUMN tersebut, BSI saat ini memiliki aset lebih dari Rp 200 triliun bahkan sudah mulai mendekati Rp 250 triliun.
Kekuatan modal pun terintegrasi dalam satu entitas bisnis yang lebih kokoh dari sebelum penggabungan.
Baca juga: Bocor, Data Nasabah Bank Jatim Dijual Rp 3,52 Miliar
Bahkan Doddy menilai potensi pengembangan bisnis akan lebih baik lagi jika rencana penambahan modal oleh BSI dapat terealisasi pasca periode pandemi Covid-19.
Dia mengakui BSI juga telah memiliki basis teknologi yang cukup mumpuni dalam menggarap pasar digital banking.
BSI pun menurut Doddy saat ini memiliki kemampuan yang belum dimiliki oleh bank syariah nasional manapun di Tanah Air.
"Di luar pembiayaan ritel, BSI ini juga memiliki kemampuan untuk menggarap pembiayaan sindikasi, yang akan lebih kuat lagi mendorong peningkatan kinerjanya," imbuhnya.
Dia melihat potensi pasar populasi muslim nasional yang sangat besar akan mampu digarap secara optimal setelah integrasi jaringan secara menyeluruh dilakukan.
Seperti diketahui, Indonesia memiliki populasi muslim sekitar 80 persen dari total jumlah penduduk yang mencapai lebih dari 250 juta jiwa.
Baca juga: Erick Thohir Sebut Santri Berkualitas Mampu Mengantarkan Ekonomi Syariah Indonesia Jadi Juara Dunia
Namun pangsa pasar bank syariah baru di kisaran 10 persen.
Di sisi lain Doddy berharap isu pandemi tetap harus menjadi perhatian utama bagi manajemen BSI dalam jangka pendek.
Sebabnya, transformasi layanan perbankan saat pandemi akan pula menjadi penopang utama pertumbuhan BSI.
"BSI memang punya pasar yang berbeda. Tetapi tetap pasar tersebut di-drive oleh prospek bisnis riil yang saat ini masih dilanda pandemi," pungkasnya.