TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Perusahaan gula raksasa asal Timur Tengah berminat untuk berinvestasi di Indonesia.
Al Khaleej Sugar Co (AKS) produsen gula terbesar nomor lima dunia tersebut berkomitmen untuk membangun pabrik gula di Indonesia dengan nilai investasi 2 miliar Dolar AS.
Komitmen tersebut disampaikan oleh Managing Director Al Khaleej Sugar Co. sekaligus Chairman Jamal A-Ghurair Group, Jamal Al-Ghurair saat bertemu dengan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Dubai.
"AKS akan berinvestasi pabrik gula terintegrasi di Indonesia. Selain memproduksi gula, AKS juga rencananya memproduki bioetanol dan listrik dari biomassa," ungkap Agus dalam keterangan resmi, Minggu (7/11/2021).
Baca juga: Buka Kantor di Dubai, BSI Diharapkan Dapat Masuk Top 10 Global Islamic Bank
AKS bakal membenamkan investasi sebesar US$ 2 miliar atau sekitar Rp 28,68 triliun dalam pengembangan etanol di Indonesia.
Selain menghadiri perhelatan Expo Dubai 2020, kunjungan kerja Menperin Agus tersebut ke Persatuan Emirat Arab, sekaligus untuk bertemu calon investor potensial. Salah satunya adalah Al Khaleej Sugar (AKS).
Agus menyebut, Kementerian Perindustrian akan bekerjasama dengan kementerian lain untuk menjajaki peluang investasi tersebut mengenai investasi energi dan pemenuhan lahannya.
Selain itu, Agus berharap penanaman modal perusahaan gula asal Dubai itu bakal menjadi pemantik industri gula nasional yang lebih efisien pada masa depan.
Baca juga: Bertemu Investor di Dubai, Jokowi Beberkan Pembangunan Ibu Kota Baru Butuh Rp 504 Triliun
"AKS akan mengembangkan fabrikasi etanol dari gula. Etanol tersebut pun diharapkan dapat menjadi sumber bahan bakar alternatif," ujarnya.
Upaya ini sejalan dengan tren pengurangan emisi karbon, yang membuat sejumlah negara memutar otak untuk mencari sumber energi yang lebih bersih.
Sebagai informasi, negara-negara seperti Australia, Amerika Serikat, dan Filipina sendiri telah mengembangkan etanol dalam jumlah besar sebagai alternatif bahan bakar fosil.
Pemanfaatan etanol dalam energi baru dan terbarukan menjadi satu alternatif untuk pengurangan gas emisi karbon dari sektor transportasi.
Baca juga: Presiden Jokowi Akan Bertemu PM dan Ruler of Dubai dan Kunjungi Dubai Expo
Selain sebagai bahan bakar, Agus menjelaskan etanol gula dapat dimanfaatkan untuk mengurangi ketergantungan terhadap gula rafinasi.
"Dalam konteks ini, impor gula bisa ditekan dan bahkan ke depan berpeluang berkurang sekitar 750.000 ton per tahun," ungkapnya.