AKS memiliki pabrik gula di Dubai dengan kapasitas 6.000 ton gula per hari.
Selain memiliki pabrik gula di Dubai, AKS juga berinvestasi di Mesir dan Spanyol. Penghasilan AKS per tahun diperkirakan sebesar US$ 14 miliar.
Kebutuhan gula nasional sendiri sekitar 6,7 juta ton.
Terdapat beberapa cara untuk mengurangi impor gula, di antaranya dengan menyiapkan lahan perkebunan tebu dan mendorong proses transformasi digital.
"Kehadiran AKS di Indonesia, InsyaAllah dapat membantu memenuhi kebutuhan gula nasional," imbuhnya.
Plt. Dirjen Industri Agro Putu Juli Ardika menyampaikan, melalui investasi tersebut akan membantu pemenuhan kebutuhan gula nasional dan juga kebutuhan energi di Sulawesi dan kawasan Timur Indonesia.
Guna mendorong investasi raksasa gula UEA itu, Kemenperin telah mengundang pihak AKS untuk datang ke Indonesia dan melihat potensi tersebut.
Putu mengatakan, untuk menghasilkan tebu sebanyak 750.000 ton tersebut, dibutuhkan sekitar 100.000 hektare lahan tebu.
Saat ini, lahan yang diproyeksikan untuk ditanami tebu itu terdapat di Sulawesi.
Selain memproduksi gula, AKS juga tertarik dengan produk turunan lainnya dari tebu, yakni biomassa yang dapat dijadikan energi listrik dan etanol untuk pencampuran bahan bakar.
"Biomassa merupakan produk samping gula dengan jumlah mencapai 30% dari setiap produksi gula. Etanol ini terbuat dari produk samping proses gula yang bernama molasis dengan jumlah sebesar 4%," jelas Putu.
Putu menambahkan, etanol berperan untuk meningkatkan oktan bahan bakar.
Umumnya untuk kendaraan roda empat sudah bisa menggunakan bahan bakar dengan kandungan etanol 20%, sementara kendaraan roda dua 10%.
Di dalam negeri sendiri, kebutuhan etanol masih sangat besar dan belum dipenuhi oleh produksi dalam negeri.
Sejalan dengan rencana investasi AKS, pemerintah pun berkeinginan untuk menjadikan industri gula nasional dapat menerapkan teknologi Industri 4.0 dan lebih lebih ramah terhadap lingkungan.
Melalui teknologi industri 4.0 atau digitalisasi, akan terjadi efisiensi yang pada gilirannya akan memberi nilai tambah bagi produk-produk Indonesia, termasuk gula. (Ratih Waseso)