Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mengajak semua pihak melakukan langkah-langkah konstruktif untuk menghentikan berbagai polemik terkait bisnis tes Polymerase Chain Reaction (PCR).
"Polemik berkepanjangan yang dipicu mahalnya harga tes PCR sangat meresahkan pengusaha dan masyarakat, karena diduga ada pihak tidak bertanggung jawab, yang sengaja bermain di tengah pusaran bisnis tes PCR," kata Koordinator Wakil Ketua Umum Kadin Carmelita Hartoto saat webinar Mafia vs Pelaku Usaha Profesional di Tengah Kebijakan Polemik PCR, Jumat (12/11/2021).
Baca juga: Pengusaha Lab Sebut Sekali Tes PCR dengan Biaya Lain Wajarnya Rp 330.034
Carmelita mengajak semua pihak bersikap terbuka dan menggunakan data konkret untuk mengkaji keberlangsungan bisnis tes PCR, sehingga masyarakat tidak terjebak dalam polemik PCR.
Saat ini, kata Carmelita, banyak beredar informasi yang bias dan distorsi komunikasi yang mengakibatkan terjadinya kesimpangsiuran pemberitaan di media.
“Mari kita telaah bersama, kita taruh semua fakta di meja dan kita amati bersama. Sehingga kita bisa melihat topik ini dengan lebih komprehensif, lebih jernih sehingga mengurangi bias informasi dan distorsi di tengah publik,” kata Carmelita.
Baca juga: Dituding Punya 40 Lab Tes PCR, Dompet Dhuafa Tegaskan Tidak Berbisnis Tes Covid-19
Lebih lanjut Ia mengatakan, di saat pengusaha secara bahu-membahu bersama pemerintah mengatasi pandemi, ada pihak yang secara sengaja memanfaatkan situasi.
“Kita masih di tengah pandemi, peperangan ini belum usai. Yes we won the last battle, but we still in the war. Jangan sampai polemik ini mengendurkan kewaspadaan kita, sehingga jika ada battle baru kita menjadi lengah dan kalah," paparnya.
Baca juga: Harga Reagen Kit PCR Turun Jadi Rp 90 Ribu, Berikut Penjelasan Dirut Bio Farma
Carmelita menyebut, saat ini pengusaha serius berusaha memulihkan sektor kesehatan agar dapat membangkitkan kembali ekonomi nasional, yang terpuruk akibat terjangan gelombang pandemi Covid-19.
“Selama kesehatannya tidak berkembang, maka ekonominya juga melempem. Dalam lintasan waktu inilah, kita sampai dalam momen polemik bisnis PCR, setelah gelombang Covid-19 beberapa bulan lalu yang sangat mengerikan itu mereda, publik sekarang juga dibawa masuk ke polemik ini," paparnya.