Laporan Wartawan Tribunnews.com, Malvyandie
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pakar petir dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Profesor Reynaldo Zoro menegaskan, petir di daerah tropis seperti Indonesia memang jauh lebih kuat dibandingkan wilayah sub tropis.
Dengan demikian, meski kualitas tangki milik Pertamina dinilai sangat baik, namun tidak menutup kemungkinan bisa berlubang saat tersambar petir.
“Iya, kualitas tangki sangat bagus, telah memenuhi berbagai standar, termasuk standar National Fire Protection Association (NFPA). Tetapi petir tropis memang sangat kuat. Apabila menyambar tangki, bisa membuat meleleh, bisa berlubang,” jelas Zoro kepada media, Senin (15/11/2021).
Baca juga: BMKG Sebut Ada Dua Sambaran Petir Dekat Tangki Kilang Cilacap Sebelum Insiden Kebakaran Terjadi
Kepala Pusat Penelitian Petir, Lightning Research Center (LRC), Sekolah Teknik Elektro & Informatika (STEI)- ITB tersebut menambahkan, karakteristik petir di wilayah tropis memang berbeda dibandingkan subtropis.
Petir subtropis lebih kecil, pendek, dan impulsnya lebih sedikit.
Sedangkan ekor petir tropis lebih panjang, lebih tinggi, lebih curam, sehingga muatannya lebih banyak.
“Petir tropis memiliki sambaran tinggi, amplitudo besar, gelombang sangat curam, impulse force-nya bisa menghancurkan, dan muatan arus petir jauh lebih besar,” sambungnya.
Karena karakteristik petir tropis yang luar biasa itulah, lanjut Zoro, maka kasus kebakaran kilang akibat petir juga bukan hanya terjadi di Indonesia.
Di luar negeri, terutama di wilayah tropis, peristiwa serupa juga kerap terjadi. Saking seringnya kilang terbakar akibat petir, berbagai peristiwa tersebut kemudian ditulis dan dibukukan.
“Salah satu yang paling sering terbakar akibat petir adalah kilang di Malaysia. Karena kondisinya mirip Indonesia,” kata dia.
Baca juga: Penjelasan BMKG Soal Dugaan Petir Menjadi Penyebab Terbakarnya Tangki BBM di Kilang Cilacap
Selain kualitas tangki yang sudah memenuhi syarat, lanjut Zoro, sebenarnya kilang-kilang Pertamina juga dilengkapi dengan teknologi Free Standing Mast (FSM) dan Extended Mast Terminal (EMT) pada struktur.
Teknologi tersebut, lanjutnya, berfungsi sebagai sistem penangkal petir.
Bahkan, teknologi proteksi petir seperti FSM dan EMT tersebut, ujarnya, juga terdapat pada kilang Cilacap. Hanya saja, memang terdapat sebagian tangki yang belum memakai teknologi tersebut.
“Malah di Cilacap, di kilangnya juga sudah dipasang. Di sana sudah lebih dari 17 kali sambaran. Jadi kalau gak pakai teknologi itu, coba dibayangkan apa yang terjadi,” tambah Zoro.
Terkait dugaan petir sebagai penyebab terbakarnya tangki di Kilang Cilacap, sebelumnya disampaikan penyidik Polda Jawa Tengah.
Dugaan tersebut didasarkan atas keterangan saksi dan petunjuk dari CCTV.
Dugaan tersebut semakin kuat, karena sebelumnya BMKG juga menyampaikan peringatan dini, bahwa pada saat tangki terbakar, hujan lebat disertai petir akan melanda Cilacap.
Kondisi serupa, juga disampaikan Kepala Pelaksana Harian BPBD Cilacap, Wijonardi.
Bahkan, menurut Zoro, satelit Himawari juga sudah menyampaikan mengenai hujan petir tersebut. Jadi, semuanya saling melengkapi. Cuma, kita masih nunggu data dari PLN yang menggunakan lightning detecting system,” pungkas Zoro.