TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Memiliki kontribusi dan peran besar dalam perekonomian, UMKM masih dihadapkan pada berbagai persoalan dan tantangan.
Berangkat dari inisiatif perekonomian riil di tengah masyarakat, seringkali UMKM tidak dibekali dengan pengetahuan manajemen yang mapan dan rapih.
Kelemahan inipun memunculkan persoalan lain, yakni mayoritas UMKM masih sulit mengakses permodalan dari sektor perbankan lantaran tidak adanya catatan keuangan sebagai syarat pengajuan pinjaman.
Direktur Eksekutif Lippo Group John Riady mengungkapkan tantangan yang telah ada di pelupuk mata bagi pegiat UMKM adalah proses digitalisasi yang massif saat ini. Dampak pandemi Covid-19 telah mengakselerasi proses digitalisasi tersebut.
“Digitalisasi ini menjadi tantangan sekaligus peluang bagi UMKM naik kelas, dari segala sisi jika bisa dimanfaatkan, proses digitalisasi bisa membuat sektor UMKM lebih profesional termasuk mempercepat inklusi keuangan. Tidak hanya itu, melalui akses digital, UMKM bisa memperluas pasar bahkan hingga ke mancanegara, maka digitalisasi adalah langkah strategis dalam pembangunan ekonomi nasional,” tegas John, Selasa (16/11/2021).
UMKM di Indonesia, katanya, yang memiliki beragam produk dan menyentuh berbagai sektor perekonomian bisa saja memanfaatkan perangkat digital untuk meretas pasar luar negeri, khususnya regional Asean.
“Minimal kita punya komunitas Asean, dengan digitalisasi yang tengah berjalan, perekonomian kawasan akan menjadi lebih menyatu, lebih mudah dalam meralisasikan AEC [Asean Economic Community],” ungkap John.
Dia menilai keberadaan UMKM bisa dioptimalkan hingga mencapai hasil yang sebelumnya tidak dibayangkan, misalnya menggantikan bantalan ekonomi nasional yang bertumpu pada sektor komoditas dan tambang.
“Dengan digitalisasi, potensi ini bisa dikembangkan sehingga kita bisa membangun perekonomian yang lebih sustainable, inklusif, merata, serta ramah lingkungan. Dengan demikian kita bisa menciptakan pertumbuhan ekonomi yang benar,” kata John.
Karena itu, John mengungkapkan Lippo Group pun tak segan untuk ikut mengawal proses digitalisasi sektor UMKM.
Secara grup, katanya, Lippo Group memiliki berbagai inisiatif agar sektor UMKM tersebut “naik kelas”.
Ambil contoh, anak usaha grup yakni PT Link Net Tbk (LINK) melalui brand First Media meluncurkan Duit (dana usaha dan internet tanpa batas) untuk membantu pengembangan dan pemulihan ekonomi sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
Duit adalah program kemitraan Link Net dengan Nobu Bank yang juga anak usaha Lippo Group.
Bahkan, Nobu Bank baru-baru ini pun ikut memperkuat program Laku Pandai dalam upaya pemerintah meningkatkan inklusi keuangan.
Hal itu dilakukan melalui pendirian Taman QRIS di Desa Digital Giriroto, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
Upaya ini menjadi bagian dari langkah digitalisasi transaksi keuangan, sebagaimana yang didorong oleh Bank Indonesia.
Lewat upaya tersebut, UMKM di Giriroto tidak hanya memasarkan produknya secara offline, namun juga bisa merambah pasar online yang bisa menjangkau segmen lebih luas.
Hingga kini UMKM masih merupakan pilar terpenting dalam perekonomian nasional.
Mengacu data Kementerian Koperasi dan UKM, jumlah UMKM saat ini mencapai 64,2 juta dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 61,07 persen atau senilai 8.573,89 triliun rupiah.
Adapun sumbangan UMKM terhadap perekonomian Indonesia meliputi kemampuan menyerap 97 persen dari total tenaga kerja yang ada serta dapat menghimpun sampai 60,4 persen dari total investasi.