Sebaliknya di AS, kota-kota besarnya tumbuh dan membesar dengan mengandalkan mobil sehingga berpengaruh pada persebaran penduduknya.
Bahkan jika seorang penumpang kereta api turun di stasiun sekalipun, dia masih harus naik mobil karena sebagian besar stasiun kereta api kota metropolitan di AS belum menyediakan sarana transportasi publik yang nyaman untuk sampai ke tujuan.
3. Kepemilikan properti
Membangun kereta cepat artinya harus menggusur properti warganya. Untuk kereta cepat, pembangunan jalurnya tentu harus lurus dan sulit menikung tajam.
Ini akan membuat banyak properti terdampak. Di AS, pembebasan properti sendiri merupakan harga yang mahal.
Sementara banyak jaringan rel di AS saat ini sudah dibangun sejak lama, saat harga tanah relatif masih murah. Hal ini berbeda dengan China, di mana pembebasan tanah bukan menjadi masalah utama.
4. Budaya Mobil
Mobil sangat membudaya di masyarakat AS. Bahkan, sebagai negara dengan jaringan kereta api sangat besar, tak banyak yang dipakai sebagai angkutan penumpang dan lebih banyak didominasi angkutan barang.
Budaya mobil masyarakat AS bisa dilihat dari film American Graffiti hingga Fast Furious. Meski sejak beberapa tahun terakhir adanya polemik karbon dan dampak lingkungan, namun budaya bermobil warga AS ini tampaknya masih akan sulit tergantikan hingga bertahun-tahun mendatang.
5. Jaringan transportasi yang sudah maju
Sebagai negara yang sangat perhitungan, kereta cepat bagi AS bukan pilihan saat ini. Negara ini sudah memiliki jaringan tol dan kereta api yang sangat memadai.
Paman Sam juga didukung oleh industri penerbangan yang sangat sibuk dan murah meriah yang menghubungkan semua kota-kota besarnya.
Dan yang tak bisa dipungkiri, AS adalah rumah bagi perusahaan pembuat pesawat Boeing. (Muhammad Idris)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sebagai Negara Maju, Kenapa AS Enggan Mengembangkan Kereta Cepat?"