Pria yang memiliki sapaan Al itu menyarankan, jangan panik jika ada penurunan harga.
"Selama distribusi masih jalan, penurunan hanya sesaat dan masih ada kemungkinan menguat," imbuhnya.
Atau, anomali lain berupa penurunan harga saham, tapi masih ada distribusi volume saham.
Baca juga: 38 Perusahaan Baru Tercatat di Bursa, Luhut: Paling Banyak di ASEAN
Posisi ini mengindikasikan bandar mengerek harga sembari menjual saham secara bertahap.
"Anomali ini menunjukkan adanya potensi reversal," tambah Al.
Investor kawakan Eyang Ratman pun menilai, no issue dengan penghapusan kode broker.
"Mau ada atau tidak, bagi saya sama saja," ujarnya kepada KONTAN belum lama ini.
Pasalnya, iya tidak pernah memperhatikan kode broker jika sedang ingin bertransaksi jangka pendek atawa trading.
Eyang hanya mencermati pergerakan harga dan volume saham.
"Kalau untuk investasi jangka panjang, yang saya lihat fundamental.
Jadi, saya, sih, netral saja mau ada atau tidak kode broker itu.
Di luar sana juga kita tidak tahu siapa yang jual beli saham Tesla, Apple atau google," terang Eyang.
Pada kesempatan sebelumnya, Direktur Perdagangan dan Anggota Bursa Laksono Widodo menjelaskan, latar belakang penghapusan kode broker adalah untuk mengurangi herding behaviour atau aksi menggiring pasar ke saham tertentu.
Dihapusnya kode broker juga bisa menghemat bandwith data sehingga running trade bisa berjalan lebih ringan.
Laksono menegaskan, tidak adanya kode broker juga menjadi hal lumrah di bursa dunia, sehingga kebijakan ini sebuah best practice.
"Penghapusan kode broker juga tidak membuat bursa menjadi tertutup karena kode broker tetap akan muncul di akhir perdagangan," tandas Laksono. (Dityasa H. Forddanta)