TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Meskipun harganya sempat bergejolak dan menyebabkan krisis energi di sejumlah negara, permintaan batubara di tahun depan tetap menguat.
Pertumbuhan ekonomi di beberapa negara diprediksi menyebabkan penambahan permintaan batubara.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI), Hendra Sinadia mengatakan, permintaan batubara juga ditunjang oleh faktor kebutuhan setiap negara untuk mencapai pemulihan ekonomi.
Kemudian, adanya pembangkit listrik baru yang akan beroperasi di tahun depan. Adapun dari segi keekonomian, nilai batubara lebih kompetitif dibandingkan sumber energi lainnya.
Baca juga: Kementerian ESDM: Gas akan Sokong Kebutuhan Energi, Gantikan Peran Batubara
"Kami memperkirakan permintaan dari Tiongkok akan terus bertambah dikarenakan harga batubara impor yang lebih ekonomis dibandingkan batubara domestik.
Khususnya, kenaikan permintaan dari Tiongkok terhadap batubara Indonesia, dikarenakan kualitas dan kedekatan geografisnya," jelasnya kepada Kontan.co.id, Kamis (2/12/2021).
Selain itu, lanjut Hendra, APBI juga memperkirakan adanya kenaikan permintaan dari negara Asia Selatan dan Asia Tenggara yang didorong dengan pertumbuhan ekonomi dan adanya beberapa pembangkit baru yang akan beroperasi.
Baca juga: Pemakaian Batubara Terus Dikurangi, Kalangan Pengusaha Bicara Efeknya
Tak hanya dari luar negeri, Hendra juga melihat, permintaan batubara dari dalam negeri juga akan signifikan baik dari sektor kelistrikan maupun industri.
Untuk menangkap peluang tersebut, Hendra mengatakan, anggota APBI tetap mengupayakan supply yang terus berlanjut terhadap semua kontrak yang sudah dijalankan. Namun, di sisi lain, tantangan yang masih dihadapi perusahaan batubara saat ini ialah curah hujan yang tinggi.
Pada kesempatan sebelumnya, Hendri Tan, Deputy Chairman Indonesia Coal Miners Association (ICMA) juga melihat bahwa permintaan batubara di tahun depan tetap kuat.
"Dari sisi demand kita perkirakan tahun depan akan meningkat kurang lebih 5%," jelasnya dalam acara webinar, Rabu (1/12).
Baca juga: Soal Rencana Penghentian Operasional PLTU, Bagaimana Prospek Emiten Batubara?
Kendati ada peningkatan permintaan, Hendri juga menyoroti persoalan dari sisi supply karena di tahun depan pihaknya masih melihat ketersediaan alat berat dan kesulitan pendanaan akan mengganggu produksi.
Jika melihat horizon yang lebih panjang, konsumsi batubara di masa yang akan datang akan berkurang seiring dengan beralihnya sumber energi pembangkit ke energi baru dan terbarukan.
Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Minerba, Irwandy Arif bilang, diproyeksikan akan terjadi penurunan permintaan batubara di 2050 disebabkan oleh pengetatan peraturan lingkungan khususnya pembangkit listrik serta peningkatan penggunaan EBT sebagai sumber energi primer.