News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Indonesia Ramah Investor

Bantu Pembangunan Ekonomi, Kinerja Realisasi FDI Indonesia Terus Tumbuh Signifikan

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi.

TRIBUNNEWS.COM - Masuknya Foreign Direct Investment (FDI) merupakan salah satu faktor yang dapat membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara, terlebih bagi negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

Melansir Kontan, meski kondisi ekonomi global masih dalam bayang-bayang dampak pandemi Covid-19, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia mengungkapkan, FDI atau Penanaman Modal Asing (PMA) Indonesia sudah beranjak pulih dibandingkan dengan negara-negara lain yang masih mengalami penurunan FDI.

Pada kuartal kedua 2021 atau Januari hingga Juni 2021, investasi asing berada di kisaran 52,4% dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar 47,6%.

Lebih jauh lagi, BKPM pun mencatatkan kinerja investasi yang positif dan menjanjikan hingga September 2021. Secara kumulatif, sepanjang periode Januari-September tahun 2021 kinerja realisasi investasi Indonesia mencapai Rp659,4 triliun (73,3%) dari target Rp 900 triliun.

Dari jumlah tersebut, capaian dana PMA Indonesia lebih mendominasi yaitu sebesar Rp331,7 triliun (50,3%) sementara Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp327,7 triliun (49,7%)

Tak hanya FDI dari negara-negara Asia saja yang terus mendominasi, Amerika Serikat (AS) dan Eropa pun kian memantapkan kepercayaannya untuk menanamkan modal di Indonesia.

Melansir situs Kementerian Keuangan, Senin (22/3/2021), hasil survei bertajuk Borderless Business Studies menyebutkan Indonesia menjadi negara favorit ke-4 se-Asia Tenggara yang paling disukai perusahaan Amerika Serikat (AS) dan Eropa untuk membangun atau memperluas sumber daya, penjualan atau operasi perusahaan selama enam hingga dua belas bulan ke depan.

Studi ini pun menunjukan, sebanyak 42% perusahaan AS dan Eropa melihat potensi pertumbuhan terbesar berada di pasar luar negeri, tak terkecuali Indonesia.[2] 

Kondisi ini pun sejalan dengan data United Nation Conference on Trade and Development (UNCTAD) yang menunjukkan Indonesia menjadi negara peringkat kedua di dunia sebagai tujuan investasi terbaik di tahun 2021.

Omnibus Law dorong iklim investasi kondusif

Selain itu, iklim investasi Indonesia yang mengalami pertumbuhan signifikan juga merupakan dampak positif dari berlakunya Omnibus Law UU Cipta Kerja yang memberikan kemudahan regulasi dan birokrasi untuk berinvestasi di Indonesia.

UU Cipta Kerja ini bisa meningkatkan kemudahan investasi karena memudahkan prosedur, memperluas pasar tenaga kerja, dan bahkan bisa memberikan insentif pajak di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

Belum lagi, pemerintah sudah membentuk Lembaga Pengelola Investasi (LPI) yang juga bisa makin menarik investasi masuk ke dalam negeri.

Undang-Undang Cipta Kerja atau Omnibus Law membuat Indonesia memasuki babak baru dalam kemudahan dunia usaha. Omnibus Law mengubah kompleksitas proses pengajuan izin usaha jadi lebih singkat dan sederhana, salah satunya melalui teknologi OSS Online.

Melalui Omnibus Law UU Cipta Kerja pemerintah juga mensimplifikasi proses pengajuan izin usaha dan mengintegrasikan seluruh proses perizinan ke dalam sistem perizinan elektronik melalui sistem online single submission. Hal ini juga dapat berimplikasi pada pencegahan pungutan liar dan korupsi yang makin kuat.

Dampak positif dari Omnibus Law UU Cipta Kerja ini tentu harus dimanfaatkan Indonesia untuk terus melanjutkan perjalanan reformasi investasi.

Prospek ekonomi tahun depan: optimistis

Hadirnya regulasi dan birokrasi yang lebih sederhana dan iklim investasi yang kian membaik membuat Indonesia harus tetap relevan dan kompetitif di mata investor global.

Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 berada di kisaran 5,0% hingga 5,5%, di mana peningkatan investasi karena implementasi UU Cipta Kerja menjadi salah satu faktor penopangnya.

Belum lagi, Indonesia memiliki prospek ekonomi yang optimistis untuk tahun 2022 mendatang. Optimisme tersebut, misalnya, dapat dibuktikan dengan terpilihnya Indonesia menjadi tuan rumah G20 dan B20 pada tahun 2022.

Ilustrasi. (unsplash.com)

Sederet hal di atas tentu akan menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk menunjukkan bahwa negara ini sedang pulih dan merupakan salah satu negara tujuan terbaik untuk FDI.

Sektor-sektor potensial untuk FDI

Di samping itu, dalam waktu dekat Indonesia juga tengah fokus dalam membangun sektor-sektor potensial yang dapat meningkatkan FDI Indonesia sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terus berjalan.

Salah satu sektor prioritas yang dikelola dalam waktu dekat ialah sektor Electronic Vehicle dan juga rantai pasoknya.

Selain itu, sektor energi terbarukan (renewable energy) juga turut mendapat perhatian karena Indonesia mulai membangun mobilitas masa depan dengan memulai penggunaan kendaraan listrik dan juga sebagai komitmen untuk mencapai ambisi emisi nol bersih/ambisi nol karbon bersih (net-zero ambition) Indonesia pada 2060.

Untuk menyambut era mobilitas masa depan tersebut, Indonesia disebut akan memaksimalkan potensi nikel untuk mengembangkan baterai kendaraan listrik. Menurut data BKPM, Indonesia memiliki 30% cadangan nikel dunia, yaitu sebesar 21 juta ton.

Lebih jauh lagi, melansir laporan riset global yang dilakukan HSBC bertajuk ‘The Stars Align’, Indonesia dikatakan sudah mulai memainkan peran yang makin besar dalam rantai pasokan kendaraan listrik global. Pabrik pertama yang mengolah cadangan nikel Indonesia menjadi nikel dan kobalt hidroksida (bahan kimia yang digunakan untuk baterai lithium) telah mulai berproduksi pada Mei 2021. Sementara itu, dua pabrik lainnya yang memproduksi baterai electronic vehicle (EV) sedang dibangun oleh perusahaan China dan Korea (GEM dan LG/Hyundai).

Masih mengutip ‘The Stars Align’, penggunaan energi terbarukan ini dapat dilihat dengan Hyundai yang berencana memproduksi transportasi listrik (electric vehicle/EV) pertamanya di Indonesia pada Maret 2022. Sementara itu, seiring dengan target Indonesia untuk memproduksi massal baterai EV pada 2025, Toyota juga akan mulai memproduksi hingga 10 tipe baterai EV di Indonesia.

Tak ketinggalan, dampak pandemi Covid-19 yang juga mendorong percepatan adaptasi teknologi di Indonesia. Melansir situs resmi Kominfo, studi dari Google, Temasek, dan Bain & Co., menyatakan 41,9% dari total transaksi ekonomi digital ASEAN berasal dari Indonesia.

Dilihat dari skala yang lebih kecil, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, sebanyak 78,18% rumah tangga di Indonesia telah menggunakan internet pada 2020. Jumlah itu meningkat 4,43 poin dibandingkan pada tahun sebelumnya yang sebesar 73,75%. Hal ini pun berdampak pada peningkatan jumlah transaksi e-commerce dari 80 juta transaksi pada 2019 menjadi 140 juta transaksi hingga Agustus 2020.

Nilai ekonomi digital—yang menyentuh angka 44 miliar dolar AS pada 2020—diproyeksikan mencapai 124 milliar pada tahun 2025 dan kontribusi 18% terhadap PDB pada tahun 2030. Inilah mengapa sektor ekonomi digital menawarkan peluang besar untuk memikat FDI di Indonesia.

Melihat serangkaian prospek dan juga sektor prioritas yang dimiliki Indonesia, Charles Kho, Head of International Subsidiary Banking (ISB), PT Bank HSBC Indonesia mengungkapkan, mengingat negara-negara lain juga bersaing untuk FDI, mesin investasi Indonesia harus dapat berjalan lebih cepat dan meningkatkan intensitas promosi investasi.

Maka dari itu, HSBC berkomitmen memainkan peran penting dalam perjalanan pertumbuhan Indonesia dan menjadi mitra keuangan pilihan bagi para nasabah/klien.

Eri Budiono, Direktur Commercial Banking PT Bank HSBC Indonesia mengungkapkan, sebagai ekonomi terbesar di ASEAN (35% dari PDB kawasan dan 40% dari populasi kawasan), Indonesia adalah tujuan FDI yang menarik karena pasar domestiknya yang besar, tingginya jumlah populasi berusia muda, pertumbuhan ekonomi digital yang cepat, serta pertumbuhan pasar kelas menengah yang semakin meningkat.

“Indonesia adalah pasar prioritas yang penting bagi HSBC. Kami yang telah mempromosikan dan memfasilitasi FDI ke Indonesia selama lebih dari 135 tahun, menghubungkan Indonesia dengan dunia dan sebaliknya,” ungkap Eri, mengutip rilisan pers yang diterima Tribunnews, Senin (15/11/2021),

Eri juga sepakat bahwa saat ini merupakan periode ekonomi yang menarik bagi Indonesia selagi pemerintah menitikberatkan pembangunan di sektor ekonomi digital dan rantai pasok baterai EV.

“Selain itu, Indonesia berkomitmen untuk mendukung transisi ke net-zero sejalan dengan yang telah dicanangkan dalam forum COP26. Ambisi ini selaras dengan tujuan strategis HSBC dalam hal memberikan solusi digital dan inovatif kepada klien kami, mendukung investasi masuk ke Indonesia, dan membantu klien kami bertransisi ke jejak karbon yang lebih rendah,” ujar Eri.

International Subsidiary Banking: bantu wujudkan ambisi bisnis para klien

Melalui International Subsidiary Banking yang beroperasi di lebih dari 50 pasar, HSBC juga menawarkan solusi yang sesuai kebutuhan bisnis global, sehingga membantu meningkatkan pertumbuhan bisnis di masa depan dengan wawasan internasional yang membantu menghubungkan dengan berbagai peluang.

“Proposisi perbankan internasional kami yang komprehensif memungkinkan HSBC untuk dapat memberikan layanan terbaiknya bagi perusahaan multinasional yang beroperasi di Indonesia dalam berbagai siklus investasi, baik sebagai investor baru di negara ini maupun investor lama yang ingin memperluas bisnis mereka di Indonesia,” ungkap Charles.

“Perusahaan tersebut membutuhkan mitra perbankan global yang dapat dipercaya dan sudah dikenal oleh perusahaan induk, dan juga mampu memberikan layanan yang menarik dan konsisten bagi anak perusahaan mereka di Indonesia. Kami membantu para klien dalam mewujudkan ambisi pertumbuhan mereka,” pungkas Charles.

Selain itu, HSBC juga membantu memberikan kemudahan untuk meraih informasi dan lebih banyak peluang serta cara untuk berinvestasi di Indonesia, seperti yang disediakan oleh BKPM.

“HSBC Indonesia berkomitmen untuk menjadi bagian dari perjalanan pertumbuhan Indonesia terutama dalam menghubungkan Indonesia ke seluruh dunia dan menjadi mitra keuangan pilihan bagi klien kami,” tutup Eri.

Penulis: Nurfina Fitri Melina | Editor: Bardjan                 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini