Selain itu, AP I melakukan pengembangan Bandara Sultan Hasanuddin Makassar dengan biaya sebesar Rp 2,6 triliun, dan beberapa pengembangan bandara lainnya seperti Bandara Sam Ratulangi Manado, Bandara Lombok Praya, Terminal 1 Bandara Juanda Surabaya, Bandara Pattimura Ambon, hingga Bandara El Tari Kupang.
Baca juga: Penyebab Perseteruan Sri Mulyani dan Pimpinan MPR, Dipicu Pemangkasan Anggaran dan Absen Rapat
Seluruh proyek tersebut dibiayai melalui skema penggunaan dana internal dan berbagai sumber lain seperti kredit sindikasi perbankan serta obligasi.
"Pandemi Covid-19 melanda pada saat Angkasa Pura I tengah dan telah melakukan pengembangan berbagai bandaranya yang berada dalam kondisi lack of capacity," kata Faik.
Dalam rangka merespons kinerja keuangan yang tengah berada dalam tekanan besar, AP I telah menyiapkan berbagai strategi, mulai dari restrukturisasi utang, asset recycling, intensifikasi penagihan piutang, pengajuan restitusi pajak, efisiensi operasional seperti layanan bandara berbasis trafik, simplifikasi organisasi, penundaan program investasi, hingga mendorong anak usaha untuk mencari sumber-sumber pendapatan baru.
"Kami optimis dengan program restrukturisasi ini dapat memperkuat profil keuangan perusahaan ke depan," ujar Faik.
Selain itu, untuk mendorong peningkatan pendapatan lainnya, transformasi bisnis usaha yang dilakukan Angkasa Pura I adalah menjalin kerja sama mitra strategis untuk Bandara Hang Nadim Batam, Bandara Dhoho Kediri, Bandara Lombok Praya, pemanfaatan lahan tidak produktif seperti lahan Kelan Bay Bali, dan mengembangkan airport city Bandara YIA serta eks Bandara Selaparang Lombok.
"Manajemen tengah berupaya keras untuk menangani situasi sulit ini dan berkomitmen untuk dapat survive dan menunaikan kewajiban perusahaan kepada kreditur, mitra, dan vendor secara pasti dan bertahap," ucap Faik.
Baca juga: Penurunan Penumpang Sejak 2019, Jadi Pemicu Angkasa Pura I Rugi Hingga Rp 200 Miliar per Bulan
Rugi Hingga Rp 200 Miliar per Bulan
Kondisi finansial PT Angkasa Pura I (Persero) diketahui sedang mengalami kerugian, dengan memiliki utang mencapai Rp 35 triliun atau rugi Rp 200 miliar per bulan.
Hal ini dikatakan oleh Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo dalam rapat bersama Komisi VI DPR beberapa hari lalu.
Menanggapi hal tersebut, PT Angkasa Pura I mengungkapkan saat ini sedang mengalami penurunan kinerja operasional dan finansial akibat pandemi Covid-19 yang masih berlangsung.
Direktur Utama PT Angkasa Pura I Faik Fahmi mengungkapkan, saat ini manajemen sedang melakukan program restrukturisasi operasional dan finansial perusahaan yang akan rampung pada 2022.
Faik juga menjelaskan, bahwa pandemi Covid-19 yang mulai terjadi di Indonesia sejak Maret 2020 berdampak terhadap penurunan drastis trafik penumpang di 15 bandara Angkasa Pura I.
Baca juga: Penurunan Penumpang Sejak 2019, Jadi Pemicu Angkasa Pura I Rugi Hingga Rp 200 Miliar per Bulan
"Menurut data internal pada 2019, trafik penumpang di bandara Angkasa Pura I mencapai 81,5 juta penumpang," kata Faik, Minggu (5/12/2021).