Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Direktur Utama PT Angkasa Pura I (Persero), Faik Fahmi mengungkapkan perseroan yang dipimpinnya diproyeksikan bakal mengalami kerugian Rp 3,24 triliun pada tahun ini.
Ia mengungkapkan, tidak sehatnya keuangan Angkasa Pura I imbas adanya pandemi Covid-19 yang mulai terjadi di Indonesia sejak Maret 2020, sehingga berdampak terhadap penurunan drastis trafik penumpang di 15 bandara Angkasa Pura I.
Ditambah lagi, pandemi Covid-19 melanda pada saat Angkasa Pura I tengah dan telah melakukan pengembangan berbagai bandaranya yang berada dalam kondisi lack of capacity.
Seperti Bandara Internasional Yogyakarta di Kulon Progo (YIA) yang menghabiskan biaya pembangunan hampir Rp12 triliun, Terminal Baru Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin yang menghabiskan biaya pembangunan sebesar Rp2,3 triliun, dan juga pengembangan bandara-bandara lainnya.
Di mana kesemuanya dibiayai melalui skema penggunaan dana internal dan berbagai sumber lain seperti kredit sindikasi perbankan serta obligasi.
Adanya pandemi Covid-19 membuat kondisi keuangan dan operasional perusahaan mengalami tekanan cukup besar.
Baca juga: Angkasa Pura I Bantah Punya Utang Rp 35 Triliun
“Kenapa beban keuangan ini menjadi lebih besar? Karena diselesaikannya (pembangunan dan pengembangan) bandara, dan menggunakan pendanaan dari eksternal melalui sindikasi dan obligasi sehingga muncul beban keuangan dalam bentuk bunga,” ucap Faik saat konferensi pers, Rabu (8/12/2021).
“Dengan kondisi tersebut, kami memproyeksikan laba rugi kita di 2021 ini mungkin masih akan minus Rp3,24 triliun, dengan EBITDA minus Rp 209 miliar,” sambungnya.
Sebagai informasi, pendapatan Angkasa Pura I pada 2019 yang mencapai Rp8,6 triliun anjlok di 2020, di mana perusahaan hanya meraih pendapatan Rp3,9 triliun.
Dan diprediksi pada 2021 ini pendapatan juga akan mengalami sedikit penurunan akibat anjloknya jumlah penumpang yang hanya mencapai 25 juta orang.
Agar kinerja keuangan Angkasa Pura I dapat sehat kembali, manajemen telah menyiapkan langkah ataupun upaya.
Yakni program restrukturisasi operasional dan finansial perusahaan, yang diharapkan rampung pada Januari 2022 mendatang.
Seperti asset recycling, intensifikasi penagihan piutang, pengajuan restitusi pajak, efisiensi operasional seperti layanan bandara berbasis trafik, simplifikasi organisasi, penundaan program investasi serta mendorong anak usaha untuk mencari sumber-sumber pendapatan baru (transformasi bisnis).