News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tren Merger Operator Telko Dinilai Positif Bagi Konsumen dan Pemerintah

Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi

Laporan Wartawan Tribunnews.com, M Zulfikar

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Tren merger sejumlah operator telekomunikasi mewarnai dunia telekomunikasi di tahun 2021

Aksi bisnis itu dinilai dapat menjadi momentum percepatan sinergi dengan program pemerintah.

Merger juga dapat membawa efek positif berupa persaingan usaha yang makin sehat dan efisiensi operasional sehingga menguntungkan konsumen secara luas seperti dalam penyediaan biaya internet yang lebih terjangkau.

Baca juga: Bentuk Holding Pangan, 6 Perusahaan Pelat Merah Dimerger Menjadi 3 BUMN

Salah satu program pemerintah yang dapat disinergikan dengan konsolidasi operator telko adalah program merdeka sinyal.

Pemerintah telah menetapkan program merdeka sinyal yang ditargetkan dapat dicapai pada 2022. Dalam program merdeka sinyal, pemerintah berupaya menyediakan layanan internet berbasis jaringan telekomunikasi untuk 20.341 desa di wilayah 3T.

Baca juga: Jumlah Menyusut Akibat Merger, Akan Tetapi Kinerja BPR/BPRS Tetap Tahan Pandemi

Selain itu, pemerintah memprioritaskan menghadirkan sinyal 4G, terutama di 12.548 desa dan kelurahan yang belum terjangkau.

Ekonom sekaligus Executive Director Indef, Tauhid Ahmad menilai merger yang terjadi di industri telekomunikasi membawa efek positif terhadap pengembangan industri ICT di Indonesia.

"Merger ini diharapkan mampu membuat persaingan makin sehat sehingga pada akhirnya konsumen yang akan diuntungkan dari adanya peningkatan dan pengembangan industri telekomunikasi,” jelasnya kepada wartawan di Jakarta, Jumat (24/12/2021).

Menurut dia, merger menjadi salah satu pilihan terbaik untuk memperluas pangsa pasar, meningkatkan teknologi, dan efisiensi operasional. Terlebih lagi di zaman disrupsi digital saat ini yang mengedepankan kolaborasi dan sinergi.

Tauhid menyoroti sektor telekomunikasi yang marak melakukan merger antara lain antara XL Axiata dengan Axis serta Indosat Ooredoo dengan Tri, menjadi pilihan terbaik guna menghadapi tantangan ke depan terutama pengembangan 5G.

Efek positif lainnya, kata Tauhid, merger juga akan memudahkan pemerintah melakukan pengawasan serta sinergi dengan program-program yang dibuat.

“Misalnya, pemerataan infrastruktur telekomunikasi dan digital itu menjadi program pemerintah. Nah dengan merger, kemampuan provider pun meningkat untuk dapat membangun infrastruktur seperti tower dan BTS yang diakibatkan dari adanya efisiensi dan penambahan daya modal dari perusahaan provider. Harapannya adalah mereka dapat membangun di daerah-daerah yang belum terjamah sinyal internet kuat,” paparnya.

Baca juga: Mantan Komisioner: KPPU Bisa Gunakan Kewenangannya Meminta Remedy di Merger Indosat H3I

Sementara itu, David Manurung, Head of Investment Pacific Capital Investment, menilai maraknya aksi merger operator telko ditujukan untuk dapat menciptakan sinergi yang menghasilkan skala ekonomi tertentu, memperkuat struktur permodalan, meningkatkan ketrampilan manajemen dan karyawan maupun menciptakan peluang ekspansi, baik pada lini produk maupun area pasar yang belum terjangkau.

“Seperti kita ketahui bersama, industri jasa layanan telekomunikasi merupakan bisnis yang padat modal. Perusahaan harus memiliki daya tahan dan modal yang kuat untuk menghadapi persaingan yang tinggi dari para pesaingnya. Begitu juga dari sisi teknologi. Industri telekomunikasi merupakan industri yang siklus hidup teknologinya sangat cepat. Agar dapat memberikan layanan yang prima dan konsisten kepada pelanggan, pelaku bisnis industri telekomunikasi harus secara kontinu meningkatkan dan memperbaharui layanan maupun teknologinya, dan hal ini tentunya membutuhkan modal yang sangat besar. Merger antar perusahaan telekomunikasi merupakan jawaban bagi para pelaku industri untuk merespon kebutuhan modal yang tinggi, terciptanya stuktur biaya yang efisien sekaligus untuk dapat lebih bersaing dengan para kompetitornya,” jelasnya.

Dengan kehadiran teknologi 5G yang pertama kali diluncurkan di Korea Selatan pada 2019, menurut David, hal ini akan menjadi perhatian utama operator telko dalam hal persaingan pasar.

Perkembangan teknologi 5G akan memfasilitasi perkembangan layanan seperti enhanced Mobile Broadband, streaming Virtual Reality (VR), akses internet super cepat, telemedis, video streaming dengan kualitas 8K, cloud gaming, autonomous car maupun smart home monitoring.

“Nah, untuk menghadapi peluang dan tantangan terkait pengembangan 5G, tentu operator telko harus memperkuat struktur permodalan dan jaringan, salah satunya bisa dicapai melalui merger,” katanya.

Di Indonesia, menurut David, teknologi 5G resmi diluncurkan pada akhir Mei 2021. “Dengan strategi merger, operator telko dapat lebih agresif dalam pengembangan 5G di seluruh pelosok Indonesia. Misalnya, merger antara PT Indosat Tbk dan PT Hutchison 3 Indonesia akan membuat teknologi 5G Indosat akan semakin solid berkat tambahan frekuensi dari Hutchison 3,” pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini