Laporan Reporter Dimas Andi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harga produk makanan dan minuman (mamin) di pasar diprediksi bakal naik sehubungan dengan potensi naiknya biaya energi di Indonesia.
Saat ini biaya energi terancam naik seiring wacana penghapusan BBM jenis Premium dan Pertalite oleh pemerintah melalui Kementerian ESDM, sehingga masyarakat perlu beralih ke BBM jenis Pertamax yang berharga lebih mahal.
Prediksi tersebut disampaikan Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) Adhi S. Lukman.
Adhi menyebut, kenaikan harga mamin sulit dihindari pada tahun 2022 nanti.
Baca juga: Pemerintah Akan Hapus Premium dan Pertalite, Berikut Tanggapan dari Pertamina, YLKI dan Pengamat
Sebab, sudah dua tahun para pelaku industri mamin tidak menaikkan rata-rata harga produknya lantaran faktor pandemi Covid-19.
Namun, kali ini masalah yang dihadapi industri mamin lebih kompleks.
Baca juga: Premium dan Pertalite Direncanakan Dihapus, Pertamina Tegaskan Belum Ada Keputusan Resmi
Belum kelar dampak pandemi, industri mamin masih dihadapkan pada sentimen mulai dari kenaikan harga bahan baku pangan, logistik, energi, hingga kenaikan PPN menjadi 11% di tahun depan.
Dari situ, Adhi mengaku, para produsen mamin terpaksa harus menaikkan harga jual produk meski kenaikannya tidak sebesar peningkatan biaya produksi.
Baca juga: GAPMMI: Bahan Baku Gula Industri Mamin Cukup untuk Kebutuhan Hingga Akhir Tahun
“Karena pangan olahan sensitif dari segi harga, perkiraan saya sekitar 4%--7% saja kenaikan harganya,” ujar dia, Selasa (28/12/2021).
Ia menambahkan, efisiensi mutlak dilakukan di semua rantai pasok yang terkait industri mamin.
Penggunaan bahan baku alternatif juga perlu diupayakan, namun jangan sampai mengurangi mutu produk yang bersangkutan.
Selain itu, para produsen juga dimungkinkan untuk mengubah ukuran kemasan produk mamin guna menyesuaikan daya beli konsumen terkini.
Biaya energi terancam naik seiring dengan munculnya wacana Pemerintah menghapus BBM jenis Premium dan Pertalite melalui Kementerian ESDM.
Wacana penghapusan ini akan mendorong masyarakat perlu beralih ke BBM jenis Pertamax yang berharga lebih mahal.
Selain itu, pemerintah juga berencana melakukan penyesuaian tarif listrik untuk 13 golongan pelanggan nonsubsidi pada semester kedua 2022.
Belum cukup, baru-baru ini PT Pertamina (Persero) telah melakukan penyesuaian harga gas LPG ukuran 5,5 kg dan 12 kg. Harga LPG ukuran 3 kg tidak berubah mengingat masih mendapat subsidi dari pemerintah.