Unilever Jual Bisnis Es Krim Senilai Rp 7 T, Ini Kata Ekonom
Unilever Indonesia secara resmi mengumumkan keputusan strategis untuk melepas unit bisnis es krim senilai Rp 7 triliun
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) secara resmi mengumumkan keputusan strategis untuk melepas unit bisnis es krim senilai Rp 7 triliun.
Ekonom yang juga pengamat pasar modal, Dodi Arifianto menilai langkah ini adalah strategi yang sejalan dengan dinamika ekonomi saat ini.
Menyikapi situasi ekonomi yang bergerak dinamis, langkah korporasi ini dinilai sebagai strategi yang tepat untuk memperkuat fokus pada bisnis inti perusahaan, mengoptimalkan kinerja, dan memberikan manfaat langsung kepada pemegang saham.
Baca juga: Dilarang Unilever Beri Dukungan ke Gaza, Waralaba Es Krim Ben & Jerry’s Gugat Induk Perusahaannya
Dana hasil penjualan ini akan didistribusikan dalam bentuk dividen tunai, memberikan keuntungan signifikan bagi investor dalam jangka pendek.
“Dalam kondisi ekonomi yang dinamis, korporasi besar seperti Unilever seringkali melakukan evaluasi terhadap unit bisnis mereka. Jika ada unit bisnis yang memiliki return on investment (RoI) kecil, lebih baik dialihkan atau dilepas agar sumber daya dapat difokuskan pada bisnis dengan potensi pertumbuhan lebih besar,” ujarnya, dikutip Kamis (9/1/2024).
Dodi menambahkan bahwa keputusan Unilever untuk melepas divisi es krim adalah langkah logis.
“Bisnis es krim, jika dibandingkan dengan produk rumah tangga seperti sabun, deterjen, dan produk FMCG lainnya, memang memiliki kontribusi yang lebih kecil terhadap total pendapatan perusahaan. Dengan dilepasnya unit bisnis ini, Unilever dapat mengurangi beban operasional dan meningkatkan efisiensi,” jelasnya.
Baca juga: Aktivis Greenpeace Datangi Kantor Unilever di BSD, Kembalikan Ribuan Sampah Plastik Kemasan Produk
Penjualan unit bisnis ini juga membuka peluang besar bagi Unilever untuk memperkuat posisi keuangan perusahaan.
Dengan tambahan dana segar, perusahaan dapat mengurangi ketergantungan pada utang dan meningkatkan fleksibilitas keuangan. Menurut Dodi, hal ini memberi ruang bagi Unilever untuk melakukan inovasi produk dan ekspansi pasar di kategori bisnis utama mereka.
“Setiap perusahaan besar pasti memiliki siklus, ada masa untung dan rugi. Langkah Unilever ini sudah benar. Mereka memanfaatkan momentum untuk memperkuat bisnis inti yang memang lebih relevan dengan kebutuhan pasar saat ini,” kata Dodi.
Unilever Indonesia sendiri telah mengonfirmasi bahwa penjualan divisi es krim ini sejalan dengan upaya perusahaan untuk fokus pada lini produk utama di kategori FMCG, seperti produk rumah tangga, perawatan tubuh, dan kebutuhan sehari-hari. Langkah ini diyakini akan memberikan nilai tambah jangka panjang bagi para pemegang saham.
Dodi juga mencatat bahwa dana hasil penjualan dapat digunakan untuk mendukung berbagai inisiatif strategis. “Dengan posisi kas yang kuat, Unilever memiliki peluang besar untuk mengakuisisi bisnis baru yang lebih relevan atau mengembangkan produk unggulan mereka,” tambahnya.
Eksperimen bisnis seperti yang dilakukan pada divisi es krim sudah menjadi hal biasa di perusahaan besar seperti Unilever.
“Setiap unit bisnis memiliki neraca sendiri-sendiri, dan perusahaan pasti melakukan evaluasi berkala. Jika unit tersebut tidak memberikan hasil yang optimal, maka dilepas untuk efisiensi,” kata Dodi.
Penjualan divisi es krim ini juga dinilai sebagai langkah yang mendukung efisiensi operasional. Dengan fokus pada produk rumah tangga dan FMCG lainnya, Unilever dapat meningkatkan margin keuntungan secara keseluruhan.
“Bisnis es krim memang tidak bisa dibandingkan dengan sabun, deterjen, atau produk-produk FMCG lainnya yang memiliki kontribusi besar terhadap pendapatan. Ini adalah langkah yang wajar dan strategis,” ujar Dodi.
Dalam jangka panjang, fokus pada bisnis inti diyakini akan memberikan dampak positif bagi kinerja Unilever Indonesia.
“Fokus pada kategori bisnis utama akan memperkuat posisi pasar mereka, meningkatkan efisiensi, dan memberikan nilai lebih kepada para pemegang saham,” kata Dodi.
Langkah strategis ini juga mencerminkan bagaimana perusahaan besar seperti Unilever terus beradaptasi dengan dinamika pasar dan kebutuhan konsumen. Dengan memperkuat bisnis inti, Unilever Indonesia diproyeksikan akan semakin kompetitif di pasar FMCG.
“Pada akhirnya, keputusan seperti ini adalah bagian dari siklus bisnis. Tidak mungkin sebuah perusahaan terus memaksakan unit bisnis yang tidak menguntungkan. Dengan fokus pada lini bisnis utama, Unilever akan lebih siap menghadapi tantangan pasar di masa depan,” tutup Dodi. (oln/kontan)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.