Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komoditas batubara dinilai masih akan menjadi primadona dalam memenuhi kebutuhan energi di tengah komitmen pemerintah melakukan transisi menuju energi hijau.
Direktur PT Batulicin Nusantara Maritim (BNM), Yuliana mengatakan, pada prinsipnya seluruh elemen bangsa pasti mendukung dengan wacana transisi energi fosil ke energi baru terbarukan (EBT), akan tetapi pada saat ini permintaan batubara masih cukup tinggi.
"Kami berharap batubara masih bisa mencapai harga tinggi hingga kuartal I 2022. Diperkirakan permintaan masih tinggi pada awal 2022 melihat hingga tutup tahun ini masih banyaknya permintaan jasa angkut batubara," ujar Yuliana, Kamis (30/12/2021).
Baca juga: Harga Batubara Acuan Desember Turun ke Level 159,79 Dolar AS per Ton, Ini Penyebabnya
Yuliana pun menyebut, ekspor batubara pada tahun depan diprediksi tinggi karena mayoritas diekspor ke Asia Pasifik yang masih mengandalkan batubara untuk sumber energi pembangkit listrik.
Sehingga, kata Yuliana, wacana transisi energi pada kuartal I 2022 belum terlalu terpengaruh.
"Permintaan batubara yang meningkat juga akan berdampak bagi sektor jasa transportasi laut batubara untuk tetap bertumbuh," paparnya.
"PT BNM melakukan langkah-langkah bersinergi dengan pelabuhan khusus batubara, menyediakan kemudahan bagi pelanggan untuk dapat mengangkut batubara ke tujuan pelanggan, meningkatkan tingkat utilitas kapal, dengan banyaknya permintaan maka tidak menutup kemungkinan untuk menyewa kapal dari pihak ketiga jika terjadi kelebihan permintaan," sambung Yuliana.