Laporan Wartawan Tribunnews.com, Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perusahaan produsen panel listrik, perakitan baterai listrik, dan infrastruktur energi baru terbarukan (EBT), PT Semacom Integrated Tbk (SEMA) mencatatkan saham perdananya di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (10/1/2022).
Saat debut perdana, saham SEMA terpantau menguat 34,44 persen ke level Rp 242 per saham setelah ditransaksikan sebanyak 941 kali dengan volume 7,03 juta saham.
Saat ini nilai kapitalisasi pasar SEMA di BEI sebesar Rp 325,97 miliar.
Baca juga: IHSG Pekan Lalu Menguat, Intip Saham-Saham yang Diincar Investor Asing
Diketahui, SEMA melepas 347 juta saham baru atau setara 25,76 persen dari modal disetor setelah Initial Public Offering (IPO).
Selama masa penawaran saham perdana, permintaan investor yang melebihi pesanan (oversubscribes) 40X dari dari porsi pooling.
Selain melakukan IPO, perseroan juga akan menerbitkan Waran Seri I dengan nilai maksimal 173,50 juta waran I sebagai pemanis (sweetener).
Baca juga: IHSG Berpotensi Rebound Hari Ini, Simak Rekomendasi Saham yang Bisa Anda Pilih
Dana dari hasil IPO tersebut seluruhnya akan digunakan untuk modal kerja perseroan. Di antaranya, untuk pembelian persedian, biaya research & development, serta biaya pemasaran dan promosi.
Penggunaan dana IPO ini tentunya setelah dikurangi biaya - biaya emisi efek.
"Sedangkan dana yang diperoleh perseroan dari pelaksanaan Waran Seri I, jika dilaksanakan oleh pemegang waran, maka akan digunakan untuk modal kerja perseroan yaitu untuk pembelian persediaan serta biaya pemasaran dan promosi," tuturnya Direktur Utama SEMA Rudi Hartono Intan.
Menurutnya, penawaran umum perdana saham ini merupakan tonggak pencapaian besar perseroan yang akan menjadi pemicu untuk meningkatkan kinerjanya kedepan.
Rudi optimis kedepan bisnis SEMA akan semakin baik seiring dengan komitmen pemerintah yang ingin mengoptimalkan sumber energi baru terbarukan (EBT) sebagai sumber energi alternatif.
Baca juga: IHSG Masih Dalam Tekanan, Berikut Saham yang Direkomendasikan Untuk Dikoleksi
Terlebih Indonesia menjadi salah satu negara dengan potensi sumber EBT sangat melimpah.
Sebelumnya Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan peningkatan bauran energi nasional dari sumber EBT pada tahun 2025 sebesar 23 persen dan komitmen untuk menuju zero emisi pada tahun 2060.