Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo menyiapkan langkah khusus menjaga ketahanan batubara agar krisis energi primer pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) tidak terulang kembali.
Ia menjelaskan pihaknya tengah mengembangkan aplikasi pemantauan batubara yang ada di PLN saat ini, yaitu batu bara online menjadi super sistem digital.
Menurutnya, sistem monitoring digital ini mampu memberikan peringatan dini terkait ketersediaan batubara secara realtime.
Baca juga: Beli Batubara Lewat Makelar, Pemerintah Bakal Bubarkan PLN Batubara, Ini Pernyataan Dirut PLN
"Semua sistem administrasi dibuat digital yang terverifikasi dengan legal dan sah digunakan. Sistem monitoring ini juga terintegrasi dengan sistem di Ditjen Minerba, Kementerian ESDM," kata Darmawan kepada wartawan, Rabu (12/1/2022).
"Sistem ini memberikan alarm ke pusat apabila stok batubara sudah menipis. Sistem ini juga mendeteksi dengan jangka waktu H-10 dari deadline kebutuhan," tambahnya.
Sistem ini juga memastikan ketersediaan kapal pengangkut.
Monitoring dilakukan secara real time melihat sampai di mana kapal bergerak dan memantau hingga waktu bongkar muat di pembangkit.
"Sistem akan menunjukkan point to point pemasok. Sistem realtime ini langsung bisa dicek oleh PLN pusat dan Ditjen Minerba," ujar Pria yang akrab disapa Darmo ini.
Selain meningkatkan sistem monitoring, Darmawan juga merombak kontrak beli batubara.
Baca juga: PLN Kini Rombak Kontrak Beli Batubara dan Berlakukan Sistem Monitoring Digital
Ia memastikan PLN melakukan kontrak jangka panjang dengan para penambang yang memiliki kredibilitas untuk memasok sesuai dengan kualitas dan spesifikasi serta volume yang sesuai dengan kebutuhan PLTU.
"Kita melakukan penguatan dari sudut pandang rantai pasok, manajemen, kemudian juga sistem monitoring, kemudian bagaimana proses yang berbelit-belit kita ringkas kita bongkar dan sederhanakan, sehingga menjadi satu rantai apsek yang lebih efektif," ujar Darmawan.