Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Departemen Perdagangan Amerika Serikat (AS) mengeluarkan laporan yang berisi pasokan rantai chip semikonduktor akan terus mengalami kelangkaan setidaknya pada paruh kedua tahun 2022.
Dilansir dari laman engadget.com, Rabu (26/1/2022), banyak perusahaan yang khawatir dengan sulitnya mendapatkan pasokan chip semikonduktor. Rata-rata persediaan chip perusahaan klien turun dari 40 hari pada 2019 di bawah lima hari pada 2021. Departemen Perdagangan AS menambahkan, akibat kelangkaan ini dapat menyebabkan tutupnya pabrik di Amerika.
Baca juga: Intel Bangun Pabrik Pembuat Chip di Ohio, Habiskan Dana hingga 20 Miliar Dolar AS
Dalam laporan itu menyebutkan setidaknya para produsen seperti perusahaan broadband, pembuat mobil dan produsen perangkat medis terimbas akan adanya kelangkaan ini. Terlepas dengan klaim awal yang mengatakan tidak ada bukti penimbunan yang dilakukan oleh beberapa pihak sehingga menyebabkan kelangkaan chip semikonduktor.
Permintaan yang tinggi, sekitar 17 persen lebih tinggi pada tahun 2021 dibandingkan dua tahun sebelumnya, dapat menjadi sebab kelangkaan ini. Studi Departemen Perdagangan memperoleh data rantai pasokan dari hampir semua perusahaan semikonduktor besar dan perusahaan dari berbagai industri.
Baca juga: Kelangkaan Chip Semikonduktor Pengaruhi Produksi Mobil Honda
Dengan adanya kekurangan pasokan ini, pemerintah AS berharap perusahaan swasta dapat mengatasi tantangan dengan cara meningkatkan produksi, mengoptimalkan desain mereka dan membatasi dampak pada rantai pasok mereka.
Namun, Sekretaris Departemen Perdagangan AS, Gina Raimondo menggunakan kesempatan ini untuk memasukkan subsidi 52 miliar dolar AS yang diusulkan Presiden Biden melalui Undang-Undang Inovasi dan Persaingan AS (USICA).
Dengan adanya subsidi ini diharapkan dapat membangun kembali manufaktur Amerika dan meningkatkan rantai pasokan domestik untuk tahun ke depannya.