TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Seiring berkembangnya teknologi digital, masyarakat mulai menggunakan mobile banking karena dinilai lebih mudah dan praktis.
Imbasnya, para nasabah pun mulai enggan menggunakan Anjungan Tunai Mandiri (ATM).
Selain itu, pada masa pandemi Covid-19 mesin ATM juga menjadi salah satu tempat yang dicurigai bisa menyebarkan virus tersebut.
Transaksi melalui mesin ATM mulai ditinggalkan nasabah. Mereka kini lebih memilih bertransaksi melalui mobile banking.
Jadi benarkah transaksi menggunakan ATM segera punah?
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) mengalami perubahan pola transaksi masyarakat ke arah transaksi digital melalui mobile banking dan internet banking turut mempengaruhi jumlah ATM perseroan.
Baca juga: Kartu ATM BCA Anda Kadaluarsa? Ini Langkah-langkahnya Agar Tetap Bisa Bertransaksi
Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto mengatakan, karena transaksi berubah ke digital, perseroan mencatat jumlah ATM berkurang 2.417 unit per akhir 2021.
"Hingga akhir tahun 2021, tercatat BRI memiliki 14.463 mesin ATM. Angka ini lebih rendah dibandingkan periode sama tahun 2020 sebanyak 16.880 mesin ATM," ujarnya melalui pesan singkat kepada Tribunnews.com, Minggu (20/2/2022).
Secara alami, lanjut Oryza, akibat adanya digitalisasi serta perubahan perilaku masyarakat, menyebabkan transaksi menggunakan mesin ATM akan berkurang seiring berjalannya waktu.
"Hal ini berbanding terbalik dengan transaksi digital banking yang terus meningkat. Di mana pandemi yang terjadi 2 tahun terakhir menjadi akselerator digitalisasi, sehingga mempercepat peralihan pola transaksi masyarakat," katanya.
Namun demikian, perseroan saat ini tetap melihat bahwa keberadaan mesin ATM masih relevan untuk digunakan di Indonesia.
Di masa mendatang, memang layanan konvensional perbankan akan banyak digantikan oleh sistem digital, tapi waktu yang dibutuhkan agar digitalisasi beroperasi maksimal sekira 5 tahun hingga 10 tahun lagi.
Baca juga: Cara Cek Tagihan Listrik dan Sisa Listrik di PLN Mobile, Bisa Isi Token Lewat ATM
"Fakta tersebut membuat kehadiran layanan perbankan konvensional saat ini masih dibutuhkan untuk melayani kebutuhan masyarakat," pungkas Oryza.
Sementara PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) menyatakan, akan tetap menyediakan fasilitas ATM bagi nasabah, meski pola transaksi sudah semakin beralih ke digital.
Corporate Secretary BTN Ari Kurniaman mengatakan, kendati demikian, perseroan akan evaluasi penggunaan ATM ke depannya dalam merespon perilaku masyarakat yang beralih menggunakan transaksi digital.
"Bank BTN akan mengevaluasi, menyesuaikan penggunaan ATM Bank BTN, dengan cara merelokasi ATM dengan transaksi rendah ke titik-titik ertentu yang potensial," ujarnya melalui pesan singkat kepada Tribunnews.com, Minggu (20/2/2022).
Ari mengungkapkan jumlah transaksi melalui ATM Bank BTN masih tergolong stabil, karena penyebaran ATM Bank BTN tidak hanya di kota-kota besar yang banyak sudah beralih ke transaksi digital.
"Namun, penempatannya juga di area-area, di mana transaksi tunai masih diandalkan oleh nasabah," katanya.
Sementara itu, jumlah ATM Bank BTN per akhir 2021 sekira 1.800-an unit, dan perseroan saat ini tengah memperbanyak mesin CRM yang bisa digunakan untuk transaksi setor tunai.
Baca juga: Cara Bayar Paspor di ATM BNI, BRI, Mandiri dan BCA, Siapkan 15 Digit Kode Billing
"Penambahan mesin CRM ini akan membuat jumlah ATM Bank BTN berkurang. Namun secara keseluruhan, Bank BTN akan tetap meningkatkan pelayanan kepada nasabah dengan memberikan yang terbaik," pungkas Ari.
Berkurang Tapi Masih Dibutuhkan
Sementara, transaksi ATM PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk mencapai 747,8 juta transaksi pada semester I 2021 dengan rata-rata- transaksi per bulan sebanyak 124,6 juta.
Sedangkan, selama periode Juli hingga November 2021, total transaksi ATM BNI mencapai 605 juta. Namun terjadi penurunan transaksi secara bulanan dari 124,6 juta menjadi 121 juta.
Direktur Layanan dan Jaringan BNI, Ronny Venir menyebut, penurunan tersebut diikuti dengan peningkatan transaksi mobile banking. Pada paruh pertama 2021, transaksi mobile banking BNI bahkan menyentuh 33,9 juta.
"Pada bulan Juli-November 2021, transaksi rata-rata per bulan meningkat 10,13% menjadi 37,4 juta" kata Ronny, dikutip Kontan beberapa waktu lalu.
Dengan realisasi itu, bank pelat merah ini berencana tahun depan mengganti mesin ATM yang tidak didukung dengan teknologi Teknologi chip Europay, Mastercard, Visa (EMV) yang menjadi standar global untuk transaksi kredit dan debit berbasis chip.
Sejak Oktober 2021 sampai Januari 2022, BNI telah migrasi 3.359 mesin ATM non EMV ke mesin cash recycling machine (CRM). Melalui CRM, nasabah bisa mengakses layanan setor tunai, tarik tunai, transfer dan pembayaran.
Kendati demikian, dengan semakin maraknya sistem digital, keberadaan mesin ATM untuk keperluan transaksi masih diperlukan.
"Perlu kami sampaikan bahwa transaksi di ATM juga masih tinggi, walapun tren-nya menurun. BNI tetap mempertahankan kondisi ini sambil terus evaluasi efektifitas penggunaanya, ATM memiliki peran untuk membantu masyarakat dalam berbagai transaksi perbankan, yang kebutuhannya juga masih cukup tinggi di dearah-daerah," ujar Corporate Secretary Mucharom melalui pesan singkat kepada Tribunnews.com, Minggu (20/2/2022).
Sementara, dalam meningkatkan kualitas layanan ATM, perseroan tahun ini berencana mengganti mesin ATM yang tidak didukung dengan teknologi chip Europay, Mastercard, Visa (EMV), di mana itu menjadi standar global untuk transaksi kredit dan debit berbasis chip.
"Sejak Oktober 2021 sampai Januari 2022, BNI telah migrasi 3.359 mesin ATM non EMV ke mesin cash recycling machine (CRM). Melalui CRM, nasabah bisa mengakses layanan setor tunai, tarik tunai, transfer serta pembayaran, dengan total mesin ATM BNI pada 2021 sebanyak 16.392," kata Mucharom.
Di sisi lain, dia menambahkan, BNI merupakan satu di antara pionir digital banking yang memiliki rencana pengembangan dalam jangka pendek, menengah, dan panjang.
"Transaksi digital juga menjadi salah satu fokus yang akan terus kami dorong. Kami memiliki product champion, yakni BNI mobile banking dengan berbagai keandalan yang mampu mengakomodir kebutuhan transaksi, sekaligus investasi dan permohonan kredit nasabah," pungkasnya.
Bank Mandiri Belum Berencana Kurangi Jumlah ATM
Sementara itu, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk tidak berencana mengurangi jumlah mesin ATM/CRM tahun depan. Direktur Jaringan & Retail Banking Bank Mandiri Aquarius Rudianto beralasan, bank akan melakukan peremajaan ATM dan optimalisasi layanan.
"Salah satunya, dengan merelokasi sebaran ATM/CRM Bank Mandiri ke titik lokasi yang lebih mudah dijangkau nasabah dan masyarakat," terang Aquarius.
Saat ini, keberadaan ATM/CRM masih menjadi salah satu preferensi nasabah untuk memenuhi kebutuhan transaksi harian. Sehingga untuk tahun depan, potensi transaksi di ATM/CRM masih bisa dipertahankan terutama untuk transaksi tunai seperti setor dan tarik.
Namun demikian dengan adanya pergeseran pola transaksi menjadi digital, Bank Mandiri secara aktif turut mendorong nasabah untuk melakukan transaksi nontunai melalui Livin’ by Mandiri dan QRIS.
Hingga semester II 2021, Aquarius bilang transaksi ATM Bank Mandiri cenderung stabil dan didominasi transaksi tarik dan setor tunai. Namun, ia tidak mengungkapkan berapa besar nilai transaksi di mesin ATM.
Tak berbeda jauh, transaksi ATM PT Bank CIMB Niaga Tbk juga turun 13% yoy. Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan mengatakan, penurunan tersebut karena nasabah lebih suka menggunakan layanan digital, terutama OctoMobile.
"Jumlah ATM kami juga selaras dengan minat dan kebutuhan nasabah. Jadi kami pantau saja, jika terus turun kama kami tetap lakukan rasionalisasi dengan relokasi ATM dan mungkin saja pengurangan," ungkap Lani.
Di tengah penurunan itu, bank komersil ini telah siapkan strategi tingkat transaksi nasabah. Salah satunya, dengan melakukan promosi dan edukasi bahwa transaksi melalui layanan digital dinilai lebih aman, sehat dan bisa kapanpun. (Tribunnews.com/Kontan)