News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kisah Mita Kopiyah, Peternak Sapi Perah Sukses Asal Tulungagung, Menimba Ilmu Sampai ke Belanda

Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi - Peternakan sapi perah modern di Belanda.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Beternak sapi perah menjadi mata pencaharian utama sebagian warga masyarakat, terutama di daerah tertentu di Pulau Jawa. Hal ini didukung pula oleh mata rantai pemasaran susu segarnya yang banyak diserap oleh industri susu. 

Satu diantara peternak sukses tersebut adalah Mita Kopiyah, peternak sapi perah di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.

Memulai dari usaha ternak sapi dari nol, Mita dan suami berhasil mengembangkan peternakan sapi perahnya hingga menjadi 20 ekor saat ini.

Yang menggembirakan, Mita berhasil mengadopsi teknik peternakan sapi perah modern.

Dia mendapatkan ilmu berharga ini setelah dia berkesempatan belajar cara beternak sapi perah dengan mempraktikkannya langsung di negeri Belanda, salah satu negara di Eropa yang memiliki teknik peternakan sapi pernah terbaik di dunia.

"Saya berkesempatan bisa jalan-jalan ke Belanda, belajar teknik sapi perajh di sana. Sama sekali sebelumnya tidak ada bayangan di benak saya untuk ke sana," ujar Mita menceritakan pengalamannya belajar teknik sapi perah modern di Belanda saat tampil di talkshow virtual peluncuran Kampanye Pahlawan Kemajuan Keluarga yang diselenggarakan PT Frisian Flag Indonesia (FFI), Selasa (22/2/2022).

Baca juga: Kisah Peternak Sapi Perah Lokal di Malang, Ekonominya Tidak Terdampak Pandemi Covid

Sehari-harinya, Mita bernaung di Koperasi Bangun Lestari bersama sejumlah peternak sapi perah lainnya.

Mita menuturkan ihwal keberangkatannya belajar teknik sapi perah ke Belanda karena menjadi salah satu peserta program Farmer to Farmer, yang diselenggaraan perusahaan produsen susu FFI.

Mita Kopiyah, peternak sapi perah sukses dari Tulungagung, Jawa Timur.

"Alhamdulillah FFI memiliki program Farmer to Farmer, saya termasuk peternak wanita satu-satunya dari sejumlah peserta yang berangkat ke Belanda," ujarnya.

Mita mengaku selama di Belanda banyak bisa menimba ilmu.

"Sangat banyak ilmu yang saya dapatkan dari Belanda. Dari semula mengurus delapan ekor sapi di rumah, saya belajar mengelola 100 ekor sapi hanya dua orang bersama dengan teman saya dari Pasuruan," ungkapnya.

"Saya diberi tahu metode peternakan sapi perah yang baik, bagaimana cara menjaga kebersihan kandang, sampai teknik memerah susu," ungkapnya.

Yang membuat dia makin bersyukur adalah, ilmu yang dia dapatkan ini juga bisa dia bagikan ke peternak sapi perah lain ketika kembali pulang di Indonesia.

Baca juga: Raffi Ahmad Lebarkan Sayap Bisnis, Setelah Rans Cilegon FC, Kini Terjuni Pengolahan Daging Sapi

Sejumlah peternak sapi perah di Jawa Timur, seperti dari Trenggalek, Magetan dan Ponorogo belajar metode sapi perah darinya.

"Ilmu yang saya dapat dari Belanda bisa saya bagikan ke teman-teman di Magetan Trenggalek, Ponorogo," kata dia.

"Ada 140 peternak dari Magetan yang jauh-jauh datang ke rumah saya belajar beternak sapi perah dari ilmu yang saya dapatkan dari Belanda," lanjutnya.

Baca juga: Gelar Kegiatan Panen Pedet, Mentan Dorong Provinsi Lampung Hasilkan 300.000 Bibit Sapi

"Meski beternak sapi perah itu pekerjaan yang berat dan kotor, tapi jangan pernah menyerah. Prinsip saya, lebih baik capek bekerja daripada capek mencari pekerjaaan. Kita di rumah jadi bos untuk kita sendiri," tegasnya.

Ihwal keputusannya menjadi peternak sapi perah, Mita mengatakan, semata demi mengangkat kesejahteraan keluarganya, terutama demi bisa menyekolahkan anak-anaknya hingga pendidikan tinggi.

Itu menjadi tekad kuat dia dan suami.

"Saya ingin melihat agar masa depan anak saya lebih baik. Suami saya menekankan agar anak-anak kami memiliki kehidupan yang lebih sejahtera," kata Mita.

Karena dibesarkan dari keluarga peternak, putrinya bercita-cita menjadi dokter hewan.

Menurut Corporate Affairs Director Frisian Flag Indonesia, Andrew F. Saputro, Mita Kopiyah merupakan contoh sosok pahlawan keluarga yang sebenarnya di masa kini.

"Ibu Mita Kopiyah, dengan ketangguhan dan semangatnya mengelola peternakan sapi perah berhasil meningkatkan kesejahteraan keluarganya dan menginspirasi keluarga-keluarga peternak sapi perah lain di wilayahnya, menjadikannya sosok Pahlawan Kemajuan Keluarga Pilar Sejahtera," kata Andrew.

Selain Mita Kopiyah, pada peluncuran Kampanye Pahlawan Kemajuan Keluarga Indonesia, FFI juga menghadirkan sosok penyandang disabilitas inspiratif dan pahlawan kemajuan keluarga Pilar Sehat bernama Ponijo dan sosok petani inspiratif dan pahlawan kemajuan keluarga Pilar Selaras bernama Musodikun, sutradara wanita Nia Dinata; serta host Kick Andy dan founder Benihbaik.com, Andy F. Noya.

"FFI percaya bahwa keluarga menjadi penggerak utama dalam kemajuan sebuah bangsa. FFI juga melihat, di balik setiap keluarga terdapat sosok yang dengan caranya masing-masing, memberikan inspirasi untuk menjadi kuat dan terus maju, bukan hanya untuk keluarganya sendiri, tapi juga untuk keluarga-keluarga lainnya," ujar Andrew mengenai kampanye ini.

Kampanye ini sendiri digelar untuk menandai 100 tahun kehadiran FFI di Indonesia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini