Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Manulife Aset Manajemen Indonesia menyatakan, dampak perang terhadap perekonomian dunia akan berbeda-beda, berkaca pada peristiwa peperangan antar negara sebelumnya.
Chief Economist & Investment Strategist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Katarina Setiawan mengatakan, dampak invasi Rusia ke Ukraina terhadap perekonomian Asia dan Indonesia akan berbeda.
Dia mengatakan, laju inflasi di kawasan Asia jauh lebih rendah jika dibandingkan Amerika Serikat. Dengan demikian, perang Rusia-Ukraina tidak akan berdampak signifikan terhadap laju inflasi negara-negara di kawasan Asia.
Dengan kata lain, laju inflasi masih akan tetap terkendali di tengah dampak kenaikan harga energi dan kenaikan berbagai jenis komoditas.
Baca juga: Antisipasi Pasokan Gandum dari Ukraina Terganggu, Pengamat Sarankan Switching ke Australia
"Perekonomian dan pasar finansial Indonesia akan relatif lebih terinsulasi dari dampak konflik Rusia dan Ukraina. Inflasi Indonesia yang masih relatif rendah, pada kisaran 2,18 persen, diperkirakan akan tetap terjaga di bawah 4 persen," ujarnya, ditulis Jumat (25/2/2022).
Baca juga: Sumbangan Bitcoin Untuk Militer Ukraina Melonjak di Tengah Invasi Rusia
Selain itu, sebagai negara produsen dan eksportir energi, komoditas, dan logam terkemuka di dunia, Indonesia juga diuntungkan dari kenaikan harga produk-produk tersebut.
Katarina menjelaskan, fundamental perekonomian Indonesia kuat, antara lain ditunjukkan dengan surplus neraca transaksi berjalan, peningkatan cadangan devisa, nilai tukar rupiah yang stabil, dan perbaikan pertumbuhan ekonomi.
Baca juga: Krisis Energi Dampak Konflik Rusia-Ukraina Paling Nyata Bagi Perekonomian RI
"Ini membuat Indonesia lebih resilien menghadapi goncangan jangka pendek dari ketegangan geopolitik ini,” pungkasnya.
Kamis, 24 Februari 2022 kemarin, Presiden Rusia Vladimir Putin menginstruksikan operasi militer di Ukraina Timur, di mana tiga hari sebelumnya, Putin mengakui dua wilayah separatis, Donetsk dan Luhansk sebagai negara merdeka.
Tindakan tersebut telah direspon dengan sanksi baru dari negara-negara barat terhadap bank-bank dan elit Rusia.