Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Analis pasar modal yang juga Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menkhawatirkan tren kenaikan harga energi di pasar dunia sebagai imbas negatif invasi Rusia ke Ukraina.
Menurutnya, kenaikan harga energi juga berpotensi membebani ongkos produksi sektor industri di Indonesia, hingga indeks manufaktur PMI domestik turun ke posisi 51,2.
"Reli harga minyak mentah dunia pengaruhnya sudah cukup terasa, di mana pemerintah baru saja menaikkan harga gas LPG. Ini dipercaya sebagai salah satu dampak awal risiko geopolitik di pasar domestik," ujar dia melalui risetnya, Rabu (2/3/2022).
Sementara itu, upaya mencari titik damai atas invasi Rusia ke Ukraina gagal mencapai kesepakatan, bahkan berpotensi memasuki babak baru dalam operasi militernya.
Baca juga: Harga Minyak Melonjak Makin Tinggi Dikhawatirkan Picu Krisis Biaya Hidup Global
Dampaknya adalah terjadi disrupsi pasokan dan rantai pasokan, di mana mendorong kenaikan harga minyak mentah dunia.
Di sisi lain, agresi militer Rusia ke Ukraina dinilai membawa keuntungan bagi pasar dalam negeri, karena permintaan komoditas diprediksi berlanjut.
Baca juga: Enggan Ikut Jatuhkan Sanksi ke Rusia, Perusahaan Energi Jerman E.ON Tolak Tutup Pipa Nord Stream 1
"Ini akan mengerek surplus neraca dagang yang sudah cenderung mengalami kenaikan terbatas. Hanya saja, hal tersebut memberikan kekhawatiran bagi outlook inflasi dalam negeri," pungkas Nico.