News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Konflik Rusia dan Ukraina Kerek Harga Bijih Besi di China

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Adi Suhendi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi bijih besi. Koflik Rusia dan Ukraina berimbas pada melonjaknya harga pada bijih besi di China.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Koflik Rusia dan Ukraina tak hanya membuat harga minyak mentah dan gas alam meroket.

Konflik kedua negara pun berimbas pada melonjaknya harga pada bijih besi di China.

Kenaikan harga ini terpantau meningkat drastis sejak Jumat (4/3/2022) kemarin.

Bijih besi berjangka di China melonjak sekitar 20 persen, bahkan angka ini diklaim sebagai kenaikan terbesar selama dua tahun terakhir.

Menurut data Dalian Commodity Exchange yang dikutip dari Reuters, perdagangan bijih besi berjangka di China untuk bulan Mei mendatang tercatat mengalami kenaikan sebanyak 5,7 persen menjadi 836 yuan di awal sesi.

Bahkan harga standar atau benchmarking dari bijih besi berjangka di China kini sudah mencapai angka 19,4 persen dalam kurun waktu seminggu.

Baca juga: Serangan Rusia ke Ukraina Disebut Justru Menguntungkan China, Kok Bisa?

Adanya lonjakan harga pada bijih besi dikarenakan karena adanya konflik besar pada Rusia dan Ukraina yang merupakan penyuplai produk bijih besi terbesar di dunia.

Ukraina diketahui menjadi kontribusi terbesar untuk bijih besi dengan mengekspor sekitar 15,6 persen.

Sementara Rusia hingga saat ini dianggap sebagai negara penghasil bijih besi terbesar di Eropa dengan menyumbang sekitar 10 persen dari perdagangan baja global dan memproduksi sebanyak 95 juta ton baja dalam setahu.

“Ukraina dan Rusia adalah eksportir penting untuk bahan besi di dunia, ketidakpastian terletak pada berapa lama konflik akan berlangsung," jelas analis saham China, GF Futures.

Namun, karena konflik antara Rusia dan Ukraina yang makin memanas sehingga memicu kenaikan harga bijih besi.

Konsultan SteelHome asal China menyebut kenaikan ini diperkirakan bisa mencapai 62 persen.

Dengan harga awal sekitar 6,5 dolar AS menjadi 154 dolar AS per ton.

Baca juga: Daftar Negara Sekutu Rusia, India hingga China, Lawan Kekuatan Kremlin Bisa Merugikan Mereka

Tak hanya itu, akibat geopolitik dan inflasi bahan baku dan energi memicu produk dari bijih besi yaitu baja tahan karat melonjak.

Di Shanghai Futures Exchange harga baja tahan karat untuk pengiriman April mendatang diperkirakan naik 4,7 persen menjadi 18.775 yuan per ton.

Sementara pada produk rebar baja konstruksi naik tipis sekitar 0,3 persen menjadi 4.901 yuan.

Sebagai informasi bijih besi umumnya digunakan untuk berbagai kebutuhan salah satunya untuk bahan pembuatan otomotif, alas dan poros dari peralatn berat, bahan pembuatan senjata dan masih banyak lagi. (reuters)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini