Laporan Wartawan Tribunnews, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, MOSCOW – Setelah melewati perdebatan panjang, Selasa (8/3/2022) kemarin Pemerintah AS dan Uni Eropa resmi memberlakukan embaro terhadap kegiatan ekspor-impor minyak mentah Rusia.
Dalam laporan Biden di Gedung putih yang dikutip Bloomberg, larangan ini tak hanya berlaku bagi minyak mentah, namun bagi seluruh sumber energi asal Rusia mencakup gas alam cair hingga batu bara.
Munculnya aturan baru ini lantas memicu adanya pengetatan dan peningkatan volatilitas pasar, hingga membuat lonjakan harga pada seluruh sumber energi dunia terlebih pada komoditi minyak mentah.
Terpantau dari investing.com pada Rabu (9/3/2022), harga minyak mentah berjangka Brent melonjak sebanyak 4,3 persen ke angka 128,75 dolar AS per barel.
Bahkan, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) juga ikut melesat ke angka 124,11 dolar AS per barel.
Baca juga: Rusia Ancam Stop Aliran Gas, Jerman Ancang-ancang Gunakan Pembangkit Listrik Batu Bara
Lonjakan harga pada kedua tolak ukur tersebut membuat minyak mentah sukses mencapai level tertinggi sejak empat belas tahun yang lalu tepatnya pada Juli 2008.
Harga minyak tersebut bisa melonjak lantaran keberadaan Rusia dianggap penting dalam industri minyak mentah dunia.
Baca juga: Putin Perintahkan Warganya yang Punya Utang dengan Kreditur Luar Negeri Bayar Pakai Rubel
Menurut data British Petroleum (BP) Statistical Review of World Energy 2021, selama tahun 2020 kemarin Rusia tercatat telah menyuplai produksi minyak global hingga lebih dari 12,6 persen atau setara dengan 524,4 juta ton minyak.
Baca juga: Rusia: Harga Minyak Mentah Bisa Tembus 300 Dolar AS, Embargo Minyak oleh Barat Bisa Jadi Bencana
Kehadiran negara pimpinan Vladimir Putin telah dianggap sebagai jantung bagi benua Eropa, bagaimana tidak hampir seluruh impor minyak bumi Uni Eropa berasal dari Rusia dengan presentase sebesar 24,7 persen atau 64,2 juta ton minyak.
Menurut Administrasi Informasi Energi AS, meski Amerika hanya menerima impor minyak mentah dari Rusia sebesar 8 persen dengan sekitar 700.000 barel per hari.
Namun untuk mengantisipasi adanya kelangkaan minyak, Presiden AS Joe Biden kini tengah melakukan negoisasi dengan pemerintaah Iran dan Venezuela agar kedua negara tersebut bersedia memasok kebutuhan minyak mentah di wilayah Amerika hingga benua Eropa.
Baca juga: Presiden Biden Larang Impor Minyak Bumi hingga Gas Alam dari Rusia
Menanggapi larangan tersebut Putin justru berencana ingin mengalihkan pasokan minyak nya ke benua Asia.
Melansir dari Reuters nantinya melalui pipa alternatif dan LNG, semua pasokan minyak yang seharusnya di tujukan untuk Eropa akan dialokasikan ke Asia, dengan syarat jika Rusia telah menemukan alat pembayaran yang pas, mengingat negara Putin tesebut telah di blokir dari SWIFT.
Sayangnya ide tersebut tak akan membuat harga minyak mentah di Asia menurun, pasalnya rute yang sulit dijangkau membuat Rusia harus terlebih dahulu membangun pipa baru untuk pengiriman minyak ke Asia.
Dikhawatirkan jika nantinya harga minyak mentah dunia terus melambung, tentunya berpotensi mengerek naiknya seluruh harga kebutuhan pokok seperti sembako.
Jika hal ini makin berlarut bukan tidak mungkin seluruh negara di dunia bakal mengalami krisis ekonomi global.