Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menilai konflik Rusia-Ukraina ikut mengancam kepastian stok bahan pangan menjelang Ramadan.
Kedua negara tersebut merupakan penghasil sejumlah komoditas dan bahan pangan yakni migas, minyak sunflower, gandum, jagung dan pupuk.
"Ini memberikan kekhawatiran terhadap pasokan global, terutama bagi negara pengimpor komoditas dan bahan pangan tersebut di atas. Dampaknya, harga sejumlah komoditas menjadi meningkat," ujar Nico dalam laporan risetnya, Kamis (31/3/2022).
Setiap negara mengamankan pasokan dalam negerinya untuk jangka panjang demi terjaganya kebutuhan masyarakat dan industri, termasuk Indonesia.
Kekhawatiran imbas perang yang masih berlangsung, diperkuat pernyataan Direktur Eksekutif Program Pangan Dunia (WFP) David Beasley, bahwa konflik telah menyebabkan kekurangan pangan dan lonjakan harga melampaui Perang Dunia II.
Baca juga: Jelang Ramadan, Sejumlah Komoditas Pangan Mengalami Kenaikan Harga
Dampak dari kenaikan harga makanan, bahan bakar dan pengiriman imbas konflik Rusia-Ukraina tersebut berpotensi meningkatkan pengeluaran bulanan Program Pangan Dunia sebesar 71 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau 852 juta dolar AS dalam setahun yang dapat menjangkau jutaan jiwa di Ukraina.
Baca juga: Jelang Ramadan, Pimpinan Komisi VII Minta Pemerintah Siapkan Stok BBM Nasional
Sementara, neraca pangan nasional hingga Mei 2022 menunjukkan beberapa komoditas yaitu beras, jagung, dan kedelai masih diperkirakan surplus masing-masing 8,7 juta ton, 3,2 juta ton, dan 142,307 ton.
Baca juga: Muhammadiyah Terbitkan 15 Poin Panduan Ibadah Saat Pandemi Covid-19 di Bulan Ramadan
"Impor komoditas perlu didorong realisasinya, di mana turut mendukung cadangan kebutuhan dalam negeri. Meski demikian, realisasi produksi dalam negeri menjadi tantangan yang perlu terus dipantau," kata Nico.
Namun, pengadaan jangka panjang sebagai antisipasi ketidakpastian menjadi strategi untuk mengamankan produksi sejumlah bahan baku dalam negeri.
"Kami melihat ketersediaan pangan memegang peranan penting terlebih memasuki bulan Ramadan. Memang lonjakan harga akan cukup terasa, terlebih ketersediaan pasokan yang terganggu," pungkasnya.