TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertamax naik mulai 1 April 2022 pukul 00.00 waktu setempat.
Harga BBM Non Subsidi Gasoline RON 92 tersebut disesuaikan menjadi Rp 12.500 per liter (untuk daerah dengan besaran pajak bahan bakar kendaraan bermotor /PBBKB 5%), dari harga sebelumnya Rp 9.000 per liter.
Warga mengaku keberatan dengan kenaikan harga BBM tersebut.
"Jadi berat ya apalagi buat ojek (online) kaya saya, muter-muter kesana kemari," ujar Fadly saat ditemui di Bogor, Kamis (31/3/2022).
Baca juga: Daftar Harga Pertamax 1 April 2022 di Seluruh Indonesia, Naik Serentak Rp 12.500
Sebenarnya kata dia bisa saja kendaraan roda dua yang ia tunggangi diisi bahan bakar jenis Pertalite.
Namun, Fadly khawatir akan menurunkan performa mesin.
"Saya kadang suka gonta ganti, kadang Pertalite kadang Pertamax. Tapi takutnya kalau Pertalite terus tarikan motor jadi kurang," ujarnya.
Sementara itu antrean di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) terlihat antrean kendaraan sejak siang hari kemarin.
Di SPBU Bintaro misalnya antrean kendaraan roda empat atau roda dua bahkan mengular hingga keluar SPBU.
Baca juga: Daftar Harga Pertamax se-Indonesia per 1 April 2022, Naik Jadi Rp 12.500 per Liter
Seorang warga yang enggan disebutkan namanya mengatakan bahwa dirinya sudah mendapatkan kabar harga Pertamax naik dari media sosial.
Karena itu, ia buru-buru mengisi kendaraan roda empatnya dengan Pertamax sebelum harganya naik.
"Diisi full dulu saja, jadi kalau harganya naik nanti kita enggak terasa berat," ujarnya.
Belum Persiapan
Pengusaha Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang tergabung dalam Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas) mengungkap kesiapan menghadapi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) Pertamax mulai 1 April.
Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Hiswana Migas wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten Juan Tarigan mengatakan, pelaku usaha hanya fokus terhadap pasokan BBM untuk konsumen.
Karena itu, belum ada langkah selanjutnya untuk mencegah kemungkinan terjadinya antrean konsumen demi mendapatkan Pertamax di harga saat ini.
"Tidak ada persiapan khusus, yang pasti kami akan tetap menjaga ketersediaan BBM," ujarnya.
Baca juga: Termahal, Harga Pertamax Di Provinsi Bengkulu dan Riau Sebesar Rp 13 Ribu Per Liter
Dia menambahkan, jam operasional dari SPBU juga tetap seperti biasa pada meski ada wacana kenaikan harga Pertamax.
"Kami tetap melakukan pelayanan semaksimal mungkin sesuai jam operasional masing-masing SPBU," kata Juan.
Kendati demikian, dia menjelaskan, Hiswana Migas pada prinsip mengikuti kebijakan pemerintah untuk penetapan harga BBM.
"Namun, belum ada informasi dan arahan Pertamina ke kami hingga saat ini. Kami mengikuti kebijakan pemerintah karena hal ini bukan pertama kali bagi kami," kata Juan.
Picu inflasi
Dihubungi terpisah, Pengamat ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi menambahkan, jika harga Pertamax naik, memang dapat memicu inflasi, tetapi kontribusinya kecil.
"Pasalnya, proporsi konsumen hanya sekira 12 persen. Namun, jangan naikkan harga Pertalite, yang proporsi konsumen mencapai 76 persen karena akan menyulut inflasi dan menurunkan daya beli rakyat," ujarnya.
Fahmy juga menjelaskan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) Pertamax sangat kecil yakni sekira 12 persen.
Selain itu, dia menilai konsumen BBM dengan jenis research octane number (RON) 92 ini juga kebanyakan dari kalangan menengah ke atas, sehingga tidak bakal antre jika harga naik.
Baca juga: BREAKING NEWS: Malam Ini, Harga Pertamax Naik Jadi Rp 12.500 Per Liter
"Kosumen Pertamax adalah golongan menengah ke atas yang menggunakan mobil mahal. Dengan golongan kosumen tersebut, mereka tidak akan melakukan antrean menjelang kenaikan harga," ujarnya.
Lebih lanjut, Fahmy menyampaikan, para konsumen Pertamax juga tidak akan mau turun kelas atau migrasi ke Pertalite yang harganya lebih murah.
Menurutnya, penetapan harga Pertamax memang seharusnya ditentukan oleh mekanisme pasar, sehingga yang ideal adalah harga keekonomian di antara Rp 14.500 hingga Rp 16.000 per liter.
Saat ini, harga Pertamax memang harus dinaikkan mengingat juga harga minyak dunia sudah mencapai 130 dolar Amerika Serikat (AS) per barel.
"Jika tidak dinaikkan, beban Pertamina semakin berat. Rencana menaikkan harga Pertamax pada 1 April sudah tepat," kata Fahmy. (Tribun Network/sen/van/wly)