Serta yang ketiga, menyediakan alat diagnostik dengan kemampuan diagnosa yang lebih cepat dan lebih komplit seperti, platform GeneXpert dan genome sequencing.
"Meningkatkan jumlah investasi ini perlu advokasi serta komitmen politik yang lebih kuat. Cara yang bisa diterapkan untuk mencapai ini adalah mengimplementasikan sistem pajak khusus untuk menanggulangi penyakit spesifik seperti yang dilakukan UNITAID melalui Airline Tax," saran Prof Tjandra.
Selain itu menurut Prof Tjandra ada banyak mekanisme pendanaan inovatif yang bisa didapat dari badan donor internasional. Lalu cara yang lainnya adalah dengan merangkul filantropi dan sektor swasta.
Baca juga: Kakorlantas Cek Kesiapan Pengamanan Lalu Lintas KTT G20 di Bali
"Tentunya tidak hanya mencari sumber pendanaan baru bagi penanggulangan TB, namun juga kita harus menerapkan efisiensi anggaran. Kita bisa melakukannya dengan mengintegrasi program seperti program TB bersama kontrol tembakau, TB dengan Diabetes Miletus. Lalu kita perlu memanfaatkan platform diagnostic seperti platform GeneXpert agar bisa digunakan bersama-sama dalam mendiagnosa berbagai jenis penyakit seperti COVID-19 dan TB," kata Prof Tjandra.
Upaya agar bisa segera mengintegrasi laboratorium dan infrastuktur pendukung kesehatan lainnya juga tidak kalah penting, sama halnya dengan upaya memperkuat keterlibatkan masyarakat.
Kedua langkah ini memiliki peran yang tidak kalah penting dalam rencana efisiensi anggaran TB.
"Apabila kita tidak investasi untuk penanggulangan TB sekarang, kita akan lebih banyak merugi di masa depan," pungkas Prof Tjandra.