News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Dampak Perang Rusia-Ukraina, Harga Pupuk Melonjak, Dunia Dibayangi Krisis Pangan dan Gizi

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto ini diambil pada 6 April 2022 menunjukkan mainan dan barang-barang pribadi di antara gemuruh di depan bangunan tempat tinggal yang hancur, di kota Borodianka, barat laut Kyiv. - Mundurnya Rusia minggu lalu telah meninggalkan petunjuk tentang pertempuran yang dilancarkan untuk menguasai Borodianka, hanya 50 kilometer (30 mil) barat laut ibukota Ukraina, Kyiv. (Photo by Genya SAVILOV / AFP)

Setelah konferensi tingkat tinggi di Paris, Prancis yang membahas mengenai keamanan pangan dan gizi di Afrika Barat pada Selasa (6/4/2022) kemarin, Dana Internasional untuk Pembangunan Pertanian (IFAD) dan Program Pangan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (WFP), menyerukan komitmen politik dan keuangan jangka panjang untuk mengatasi krisis ketahanan pangan dan gizi terburuk yang melanda kawasan ini dalam sepuluh tahun.

Direktur Regional WFP untuk wilayah Afrika Barat, Chris Nikoi mengatakan kebutuhan pangan di wilayah Afrika Barat telah meningkat lebih cepat, dan diperlukan perubahan langkah untuk memenuhi permintaan kebutuhan pangan.

“Situasinya semakin tidak terkendali. Kebutuhan meningkat jauh lebih cepat daripada yang dapat kami tanggapi saat ini ini dalam lingkungan operasional yang sangat kompleks dan mudah berubah. Baik pemerintah maupun mitra membutuhkan perubahan langkah dalam mengatasi penyebab utama kelaparan dan kekurangan gizi. Tindakan politik yang berani dan ketat diperlukan sekarang, termasuk menghilangkan hambatan terhadap perdagangan regional dan memastikan kebutuhan paling mendesak terpenuhi selama musim paceklik yang diproyeksikan akan sangat menantang di kawasan ini” kata Chris Nikoi, yang dikutip dari laman reliefweb.int.

Sementara itu, harga makanan secara mengejutkan melonjak sebesar 40 persen, di beberapa negara seperti Liberia, Sierra Leone, Nigeria, Burkina Faso, Togo, Niger, Mali, dan Mauritania.

Koordinator Sub-Regional untuk Afrika Barat dan perwakilan FAO di Senegal, Dr Gouantoueu Robert Guei mengungkapkan saat ini FAO sedang berusaha untuk mengatasi krisis pangan di Afrika Barat dengan mengembangkan sistem pangan dan pertanian.

Baca juga: Bandara Dnipro Dua kali Dihantam Rudal, Ukraina Desak Jerman Tambah Embargo Gas Rusia

“Krisis pangan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang dihadapi kawasan ini menawarkan kesempatan bagi kami untuk mengatasi akar penyebab kerawanan pangan di sub-kawasan dengan mengembangkan sistem pangan dan pertanian yang tidak terlalu bergantung pada guncangan eksternal, dan pertanian lokal yang lebih produktif dan efisien dengan penekanan khusus pada konsumsi produk makanan lokal” kata Dr Gouantoueu Robert Guei.

Sedangkan di beberapa negara perlu mendapat perhatian serius mengenai ketahanan pangan dan gizi mereka, khususnya di negara-negara Sahel seperti Burkina Faso, Mali, Mauritania, Niger dan Chad. Di negara-negara tersebut, diperkirakan enam juta balita akan menderita kekurangan gizi akut di tahun ini.

Perwakilan IFAD Regional di Afrika Barat, Benoit Thierry mengatakan Pemerintah di wilayah Afrika perlu mendukung rencana pertanian jangka panjang.

“Afrika memiliki potensi lahan subur terbesar yang belum dimanfaatkan, namun sebagian besar negara ini mengimpor makanan. Pemerintah perlu mendukung rencana pertanian jangka panjang untuk generasi berikutnya, termasuk investasi dalam mengembangkan pertanian, peternakan dan perikanan untuk mencapai ketahanan pangan”, kata Benoit Thierry.

Di tengah konflik Ukraina, Lebanon menghadapi krisis Gandum

Menteri Ekonomi dan Perdagangan Lebanon, Amin Salam mengatakan Lebanon menghadapi masalah kekurangan pasokan gandum. Negara ini telah kehilangan cadangan nasionalnya dalam ledakan Beirut yang terjadi pada tahun 2020.

“Jadi, ini menciptakan tantangan tambahan bagi Lebanon karena sejauh ini kami telah menggunakan silo sektor swasta untuk menyimpan gandum.” ujar Amin Salam.

Dilansir dari arabnews.com, Lebanon mengimpor sekitar 80 persen gandumnya dari Rusia dan Ukraina dan baru-baru ini berjuang untuk mencari pasokan baru untuk memenuhi permintaan gandum di negaranya. Selain gandum, Lebanon juga menghadapi tantangan kekurangan pasokan minyak bunga matahari dan gula.

Salam menambahkan Lebanon telah gagal untuk pulih dari tekanan inflasi pandemi COVID-19.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini