TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendorong pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Indonesia.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Ego Syahrial mengatakan sumber energi ini akan menjadi andalan di masa depan.
Menurutnya, potensi energi surya di tanah air jumlahnya mencapai 207,8 Giga Watt (GW).
"Tapi hingga akhir 2021 kapasitas terpasang PLTS RI baru mencapai 200,1 Mega Watt (MW)," kata Ego dalam acara Indonesia Solar Summit 2022, Selasa (19/4/2022).
Ego menjelaskan pemerintah setidaknya memiliki tiga program besar pemanfaatan energi surya yakni PLTS atap, PLTS ground-mounted skala besar, dan PLTS terapung.
"Implementasi beberapa program ini butuh kontribusi dari banyak pihak, tak hanya pemerintah, pemegang wilayah usaha, maupun pengembang energi terbarukan tetapi juga para pengguna energi, seperti sektor komersial dan industri," kata Ego.
Sebanyak 31 perusahaan telah mendeklarasikan untuk membangun PLTS dengan kapasitas total 2,3 GW pada 2022 dan 2023, serta rencana pembangunan pabrik komponen pendukung PLTS di Indonesia.
Baca juga: Proyek PLTS Terbesar Dibangun di Riau, Mampu Menyerap 30 Ribu Lapangan Pekerjaan
Komitmen ini akan memberikan angin segar bagi investasi energi surya di Indonesia.
"PLTS atap salah satu quick wins percepatan pemanfaatan energi surya khususnya bagi industri yang semakin kuat terhadap produk hijau (green product)," tutur Ego.
Pembangunan energi listrik berbasis surya juga membutuhkan dukungan manufaktur lokal agar syarat TKDN dapat terpenuhi.
"Penggunaan komponen dalam negeri juga dapat mendukung penciptaan lapangan kerja," katanya.
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa menyatakan, untuk mencapai target energi terbarukan sebesar 23 persen pada tahun 2025 sesuai Perpres 22/2017 dibutuhkan tambahan kapasitas pembangkit energi terbarukan sekitar 4 GW di luar PLN.
"Dari deklarasi 2,3 GW proyek PLTS di ISS 2022 menunjukkan potensi energi surya yang sangat besar di Indonesia," kata dia.
Menurut Fabby, Indonesia bisa menjadi solar power house di Asia Tenggara dengan potensi pertumbuhan 3-4 GW per tahun jika tidak dihalang-halangi.
"Presiden Jokowi perlu melihat potensi ini dan memimpin revolusi energi surya untuk transisi energi di Indonesia," tandas Fabby.
Energi Bersih Lebih Murah
Founder Bloomberg Philanthropies Michael Rubens Bloomberg menuturkan bahwa energi surya memiliki kelebihan dibandingkan energi fosil.
"Energi bersih lebih murah dari batu bara dan kami juga melihat potensi Indonesia untuk menjadi pemimpin dunia dalam bidang energi surya," kata Michael di acara yang sama.
Baca juga: Penundaan Pelaksanaan Permen Pemanfaatan PLTS Picu Ketidakpastian Investasi di Sektor Energi Bersih
Menurut dia, Indonesia memiliki target bauran EBT hingga 2025 mendatang.
Pemerintah Indonesia juga tengah berupaya membangun infrastruktur di sektor energi bersih.
Eks wali kota New York tersebut juga memuji transisi energi Indonesia, terlebih Indonesia juga menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 pada November 2022.
"Kami mendukung terobosan dalam panel energi surya dan industri panel surya yang bisa membuka pabrik dan banyak pekerjaan," kata Michael. (Tribun Network/Reynas Abdila)